Site icon Tangan Terbuka Media

3E: Warisan Paling Indah dari Nenek

Sore itu langit mulai berubah menjadi jingga. Aku duduk di beranda rumah nenek, tempat yang sejak kecil menjadi ruang aman bagiku. Angin berembus pelan, menggerakkan daun-daun kering yang jatuh di halaman dan membawa suara burung-burung yang pulang ke sarang. Nenek, seperti biasa, sedang merajut syal kecil berwarna cokelat muda. Tangan tuanya bergerak pelan dan teratur seakan setiap helai benang yang ia satukan menyimpan sebuah cerita.

“Tahukah kamu, Nak,” ucapnya tiba-tiba tanpa mengangkat kepala, “hidup itu dibangun oleh tiga huruf E.” Aku menatapnya, penasaran. Tiga huruf E? Apa maksud Nenek?

Nenek tersenyum, senyuman yang selalu terasa seperti pelukan yang tak terlihat. Experience, experiment, dan expectation (3E).

Ia meletakkan rajutannya di pangkuannya, lalu menatapku dengan mata yang jernih namun penuh pengalaman yang panjang.

Kemarin adalah experience ’pengalaman’-mu,” katanya. “Semua yang sudah kaulalui, baik yang indah maupun yang menyakitkan, itu adalah bagian dari bagaimana Tuhan membentukmu. Jangan menyesali masa lalu. Jangan membencinya. Ambil pelajarannya, genggam hikmahnya.”

Aku mulai mengingat banyak hal yang pernah kulewati, kegagalan, tangis, kemenangan kecil yang kadang luput kusyukuri. Nenek mengangguk pelan, seolah mengetahui isi kepalaku.

Hari ini adalah experiment ’percobaan/eksperimen’,” lanjutnya sambil mulai kembali merajut.
“Setiap hari adalah kesempatan baru dari Tuhan. Kita belajar, mencoba, mungkin berhasil, mungkin gagal dan itu tidak apa-apa. Hari ini adalah proses, Nak. Hari ini adalah latihan iman.”

Ia berhenti sejenak, memandang jauh ke arah matahari yang hampir tenggelam.

“Dan esok adalah expectation ’harapan’. Harapan dari Tuhan. Kita tidak tahu apa yang menanti, tapi kita berjalan dengan iman, karena kita percaya bahwa rencana-Nya adalah yang terbaik. Sesuatu yang belum kita lihat, tetapi kita percayai. Harapan itu membuat kita terus berjalan maju.”

Lalu, dengan suara lembut, tapi penuh keyakinan, nenek mengutip sebuah ayat:

”Kesengsaraan itu menimbulkan ketabahan, ketabahan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan pengharapan” (Rom. 5:3-4).

“Nah, ayat itu, Nak,” katanya sambil tersenyum lagi, “menunjukkan perjalanan tiga huruf itu (3E).”
Ia menepuk punggung tanganku lembut, kehangatan tangannya seolah masuk sampai ke hati.

“Jadi,” katanya pelan, “gunakan pengalamanmu kemarin dalam percobaanmu hari ini, untuk menggapai harapanmu besok. Hidupmu dibangun oleh tiga E. Jangan pernah lupa!

Dan pada sore yang perlahan berubah menjadi malam itu, aku tahu: kata-kata nenek bukan sekadar nasihat. Itu adalah doa.

Repelita Tambunan Sobat Media

Foto: AI

Exit mobile version