Site icon Tangan Terbuka Media

Bersilat Kata

Sabda-Mu Abadi | 2 Juli 2023 | 1Tim. 6:2b-5

”Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. Jika seseorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat—yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus—dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, perselisihan, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu suatu sumber keuntungan.”

Paulus terkesan begitu emosional jika berbicara soal ajaran sesat. Mudah dinalar karena ia sendiri sebenarnya korban dari pemahaman yang salah berkait dengan Kitab Suci. Tak hanya menyimpan ajaran itu sendiri, sang rasul dari Tarsus itu malah bersemangat untuk menangkap, bahkan membunuh, setiap pengikut Kristus. Oleh karena itu, Paulus mendorong Timotius tak pernah lelah untuk mengajar dan menasihati warga jemaat yang dipimpinnya.

Berkenaan dengan penganjur ajaran sesat, Paulus menyatakannya dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Penyakitnya ialah suka berdebat dan bertengkar mengenai istilah-istilah sehingga menimbulkan iri hati, perpecahan, fitnahan, curiga yang tidak baik, dan perselisihan yang tidak habis-habisnya. Jalan pikiran orang-orang itu sudah buntu dan tidak lagi benar. Mereka menyangka bisa menjadi kaya dari agama.”

Ya, itulah tanda-tandanya. Mereka suka bersilat kata atau berdebat, bahkan bertengkar mengenai istilah-istilah, yang bermuara pada iri hati, perpecahan, fitnah, curiga, dan terus berselisih. Nah, berkait istilah sejatinya istilah yang sama pun kadang dimengerti secara berbeda, apalagi istilah yang berbeda. Berkait dengan iman, itu lebih kompleks karena kadar hubungan seseorang dengan Allah pasti berbeda dengan yang lainnya.

Dan semuanya, menurut Paulus, malah menjadi semacam bentuk dagangan. Iman diperdebatkan, dan ditonton orang banyak, yang pada gilirannya menyumbang dana bagi yang berdebat. Jadi, ujung-ujungnya duit. Orang menyangka bisa menjadi kaya dari agama. Bukankah fenomena macam begini juga tampak dalam dunia digital kita?

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Andrea D.

Exit mobile version