Site icon Tangan Terbuka Media

Buah dari Etika Jalan Turun

Sumbangan Nouwen atas debat etika yang sering terjadi di gereja maupun tempat lain adalah tawaran pendekatan etis-spiritual. Pendekatan ini menantang penghentian kebiasaan bertindak dengan kerangka berpikir mencari hasil. Sebab, berpikir mencari hasil termasuk dorongan untuk bergerak ke atas.

Bukan berarti tidak penting untuk mencapai hasil seperti tidak adanya perang, kelaparan atau berbagai penderitaan lainnya. Namun, jika ingin sampai pada titik itu, diperlukan pengorbanan dan kerendahan hati dalam pelayanan.

Pelayanan adalah suatu ekspresi mencari Tuhan, dan tidak hanya  keinginan untuk membawa perubahan individu atau sosial. Pelayanan dalam arti demikian hanya dapat diwujudkan dalam komunitas, di mana spiritualitas solidaritas benar-benar terbentuk. Dalam komunitas, kontak dengan Yang Abadi dipelajari dan dipraktikkan dalam doa dan perjuangan.

Kerinduan akan komunitas adalah benang merah yang teranyam  dalam kehidupan Nouwen. Bagi Nouwen, komunitas adalah tempat di mana kehidupan rohani dapat dipertahankan, diukur, dikritik, dan terlindungi. Pada akhir 1986, dalam usia 54 tahun, dia menerima panggilan menjadi anggota komunitas L’Arche Daybreak di Kanada. Tahun pertama tinggal di Daybreak dia ditugasi untuk menjaga Adam, seorang pemuda tunagrahita berat, yang tidak bisa bercakap-cakap, berjalan atau bergerak.

L’Arche merupakan sebuah federasi komunitas internasional. Dasarnya adalah Sabda Bahagia dan pendirinya adalah Jean Vanier, orang Kanada. L’Arche didirikan pada 1964. Setiap komunitas terdiri atas rumah-rumah yang membentuk rukun tetangga seperti biasa. Di situ para tunagrahita dan pendamping mereka tinggal bersama, saling berbagi kehidupan dengan semangat bantu-membantu. L’Arche percaya bahwa ”orang-orang tunagrahita kerap kali memiliki sifat-sifat suka menyambut, mengangumi, spontan dan langsung” dan “mereka menjadi peringatan hidup bagi dunia yang lebih luas tentang nilai-nilai hati.”

Bagi orang tertentu, pilihan Nouwen tinggal bersama komunitas orang tunagrahita bisa disalahartikan sebagai membuang-buang waktu. Seorang sahabat yang mengunjunginya di Daybreak, tidak bisa menyembunyikan rasa gelisah dan marah atas pilihannya meninggalkan universitas untuk hidup bersama dengan orang tunagrahita.

Atas reaksi sahabatnya itu Nouwen menulis, ”Sahabat saya masih mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi tentang Adam dan orang-orang yang hidup bersama saya di rumah saya, ’Mengapa menghabiskan sedemikian banyak waktu dan uang untuk orang-orang tunagrahita berat, sementara sangatlah banyak orang tak cacat yang hampir tidak dapat bertahan hidup?’ Dan, ’Mengapa orang-orang seperti itu harus diberi waktu dan tenaga yang sebenarnya harus diberikan untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang sedang dihadapi oleh bangsa manusia?’”

Nouwen mengakui bahwa dia tidak memiliki argumen gemilang untuk dikatakan yang akan mengubah pikiran sahabatnya itu. Ia sadar bahwa sahabatnya itu tidak melihat Adam yang sama dengan yang dia lihat. Adam telah menjadi sahabat, guru, pembimbing rohani, penasehat, pastor bagi Nouwen.

Pilihan Nouwen tinggal di L’Arche bisa mengingatkan adanya tiga bentuk solidaritas sebagai jawaban konkret atas realitas penderitaan di dunia ini. Ketiganya saling berhubungan. Pertama, dalam bentuk ”presensia” atau kehadiran di tengah mereka yang menderita. Kedua, secara aktif berusaha memperjuangkan struktur yang lebih manusiawi. Ketiga, secara langsung melayani dan menolong mereka yang menderita. Pilihan akhir Nouwen untuk mewujudkan solidaritas adalah kehadiran  di tengah dan bersama penderita tunagrahita di L’Arche.

Bagi Nouwen, L’Arche mempunyai sifat yang unik. L’Arche bukan sebuah lembaga, bukan sebuah rumah untuk hidup bersama, tetapi sebuah komunitas spiritual di mana para tunagrahita menjadi pusat perhatian. L’Arche ada tidak untuk membantu mereka yang cacat ”pulih” kembali kesehatannya, tetapi membantu mereka supaya bisa membagikan karunia spiritual kepada dunia. Buah dari pelayanan bersama komunitas ”jalan turun” L’Arche ini sangat indah, yakni menumbuhkan harapan baru bagi dunia. Damai yang berakar pada hati, dan terbentuknya komunitas hati.

Sebuah komunitas selalu bergerak, dari tertutup menjadi terbuka. Dalam komunitas terjadi pertobatan. Pertobatan itu tidak bisa dipisahkan dari doa dan belarasa yang berdampak pada  komunitas manusia yang semakin luas. Membiarkan robohnya tembok-tembok dan batas-batas yang memisahkan komunitas manusia akan melahirkan komunitas hati.  Hati manusia bisa terbuka lebar dan tak terbatas.

Tak ada orang yang tidak dapat diundang ke dalam komunitas hati. Dalam komunitas hati, orang saling meneguhkan adanya suara yang berkata, ”Engkau adalah anak-anak-Ku yang Kukasihi, dan kepadamulah Aku  berkenan” (bdk. Mat. 3:17).

Tyas Budi Legowo

Foto: Komunitas L’Arche Daybreak (Istimewa)

Exit mobile version