Dari Yakub Menjadi Israel

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 10 Mei 2024

“Namamu tidak akan disebut lagi Yakub, tetapi Israel, sebab engkau telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan engkau menang” (Kej. 32:28). Demikianlah sabda Allah kepada Yakub. Ada perubahan nama, dari Yakub menjadi Israel.

Yakub berarti ”penipu”—makna kiasan dari ”memegang tumit seseorang”. Itu namanya, itu pula yang dilakukannya. Dia menipu Ishak ayahnya guna memperoleh berkat sulung, yang membuat berang Esau kakaknya. Kisah penipuan itu menjadikannya pelarian di negeri asing. Dan Yakub terus membawa kesalahannya itu ke mana-mana.

Di tepi Sungai Yabok Yakub tak bisa menyembunyikan keresahannya. Kesalahan masa lampau itu terus membayangi diri. Semua hadiah yang disiapkan untuk meredakan kemarahan Esau tak bisa sirnakan resah di hatinya. Bahkan, setelah bergumul dengan Allah, Yakub pun terpaksa menyebutkan namanya lagi. Nama yang membuat dia teringat kesalahannya—yang membuatnya takut setengah mati.

Allah mengubah namanya menjadi Israel karena, ”telah bergumul melawan Allah dan manusia, dan menang.” Dari ”penipu” menjadi ”pejuang yang menang”. Di mata Allah, Yakub seorang pejuang.

Dia tak lelah memperjuangkan berkat. Dia tidak mau melepaskan Allah sebelum memperoleh berkat. Yakub sadar tak ada yang dapat dijadikan andalan kecuali Allah semata. Dirinya pun tidak. Kemenangan—yang terkandung dalam nama Israel—bermakna bahwa Yakub telah berubah perangai. Dia mampu mengalahkan dirinya sendiri untuk takluk kepada Allah. Yakub menempatkan dirinya di bawah Allah.

Nama adalah identitas. Perubahan nama berarti pula perubahan hakikat diri. Dari ”mengandalkan
diri sendiri” menjadi ”mengandalkan Allah”. Dalam kisah di tepi Sungai Yabok ini bergema jugalah pengakuan pemazmur: ”Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi” (Mzm. 121:1-2).

Mengandalkan Allah merupakan ciri khas setiap orang percaya. Itu jugalah yang mesti kita ajarkan kepada anak-anak kita.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/Ben Sweet