Kemacetan di kawasan Puncak terutama saat akhir pekan dan musim liburan semakin parah. Sampai-sampai pemerintah Kabupaten Bogor kembali menggulirkan rencana menghadirkan moda transportasi baru di kawasan wisata Puncak, yaitu kereta gantung yang diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam mengatasi kemacetan sekaligus mendukung pariwisata berkelanjutan seperti yang dikabarkan oleh Kompas.com baru-baru ini. Masalah kemacetan ini beberapa dekade lalu pun pernah saya rasakan. Dari pukul empat sore hingga pukul empat pagi di hari berikutnya kendaraan macet di kawasan itu. Macet berarti tersendat atau terhenti. Walaupun berada di jalan, namun hampir tanpa pergerakan.
Jalan tak hanya berarti tempat lalu lintas orang atau kendaraan, tetapi juga dapat merujuk pada sebuah cara. Dalam hal ini cara menjalani hidup. Suatu keadaan atau situasi yang mengharuskan kita mengambil pilihan untuk pemecahan masalah. Abraham Lincoln, presiden Amerika Serikat ke-16 pernah menuliskan: ”Aku memang berjalan pelan-pelan, tetapi aku tidak pernah berjalan mundur.” Lincoln menjelaskan bahwa yang terpenting bukanlah kecepatan, melainkan arah yang jelas dan keberanian untuk terus melanjutkan langkah, sekecil apa pun itu.
Dalam situasi yang tidak menentu seperti saat ini banyak orang yang enggan ”berjalan” karena berbagai alasan. Bisa jadi karena mereka melihat orang lain ”berjalan” namun terlihat seperti hanya berputar-putar dan seperti tidak ada kemajuan. Padahal bisa jadi di sana Tuhan sedang menuntun dan membentuknya. Tuhan memberikan jalur yang melingkar namun aman, bukan jalan pintas yang terjal dan membahayakan. Berjalan di jalan yang melingkar dan berputar memang memerlukan kesabaran serta ketekunan dan sering kali melelahkan. Namun, jalan itu disediakan oleh Tuhan bukan tanpa tujuan. Perubahan besar terjadi karena dimulai dari langkah-langkah kecil yang bermakna dan dilakukan dengan konsisten untuk mencapai tujuan, yaitu mencari kehendak Allah dan kebenaran-Nya.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Margono