Kemudi

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 27 Desember 2023 | Yak. 3:4

”Lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, ia dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak juru mudi.”

Analogi kedua yang dipakai Yakobus adalah kemudi kapal laut. Itulah alat transportasi terbesar dan terjauh pada masa itu, yang bisa menghubungkan antara satu pulau dengan yang lainnya. Menarik diperhatikan bagaimana Yakobus berupaya membandingkan antara kapal yang amat besar dengan kemudi yang amat kecil. Dan karena mesin belum secanggih sekarang, kapal-kapal laut itu digerakkan oleh angin, dan juga tenaga manusia. Namun, Yakobus menegaskan bahwa arah kapal itu dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil.

Arah menjadi penting karena orang bepergian pasti mempunyai tujuan. Itu jugalah alasan orang naik kapal. Kemudi yang amat kecil itulah—di tengah arah angin yang kadang tidak menentu—yang memastikan bahwa kapal itu sampai ke bandar yang dituju. Melenceng satu derajat saja, jika di laut bisa berarti melenceng berpuluh atau beratus kilometer. Kemudi menjadi penentu di sini.

Lidah sesungguhnya adalah penentu. Dalam sebuah perundingan dua negara, dialah yang menjadi penentu apakah percakapan akan berlanjut pada perdamaian atau peperangan, kesejahteraan atau kebinasaan, keutuhan atau kehancuran. Juga dalam percakapan sehari-hari.

Karena itu, kita dipanggil untuk menjadi bijaksana dalam menggunakan lidah.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: On Splash/Orbtal M.