Kepala Penjara Filipi

Published by Admin on

14 November 2022,
(Kis. 16:23-30),

”Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh. Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka pada pasungan. Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.”

Demikianlah catatan Lukas. Penjara tidak menjadikan Paulus dan Silas muram. Keterkekangan tidak membuat hati gundah. Bisa jadi karena mereka percaya bahwa Allah adalah raja semesta. Dan sebagai Raja Semesta, Allah menguasai segala.

Paulus dan Silas tampaknya meyakini bahwa penjara tidak akan memisahkan mereka dari Allah. Bahkan, mereka meyakini kepenjaraan itu sebagai sarana bagi mereka untuk memberitakan injil. Buktinya, ketika belenggu mereka lepas, Paulus dan Silas tetap tinggal.

Paulus dan Silas agaknya memahami bahwa di mana pun mereka berada mereka senantiasa berada dalam persekutuan dengan Allah!
Memang apa yang mereka alami merupakan hal yang buruk dalam pandangan manusia. Namun, mereka kelihatannya sadar bahwa apa yang mereka alami itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk memperlihatkan jati diri mereka sebagai murid Kristus.

Kemungkinan besar apa yang mereka perlihatkan itu tentulah membuat heran narapidana lainnya dan juga kepala penjara itu. Mungkin saja, kepala penjara itu bertanya-tanya mengapa kedua orang itu tidak cemberut atau marah, namun bersukacita?

Yang lebih mengherankan kepala penjara itu ialah mengapa kedua orang itu tidak lari keluar ketika gempa bumi menghancurkan penjara tersebut? Tentunya, ada sesuatu yang lain dalam diri kedua orang itu. Sehingga pertanyaan kepala penjara itu – ”Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” – menjadi sangat relevan! Dan pertanyaan kepala penjara itu pulalah yang menjadi pintu masuk bagi Paulus untuk mewartakan kabar baik!

Ya, sebenarnya itulah yang membedakan kepala penjara dan kedua tawanannya. Ketika gempa terjadi, dan penjara runtuh, dia berpikir tamatlah riwayatnya saat itu juga. Sehingga, dia merasa bunuh diri merupakan pilihan logis. Dan ketika melihat Paulus dan Silas ternyata tidak ke mana-mana, kepala penjara itu pun ingin hidup sebagaimana Paulus dan Silas.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Foto: Unsplash/Foottoo

Categories: Membarukan