Site icon Tangan Terbuka Media

Menutup Tahun 2022 Bersama Allah

”Jika ingin menilai karakter seseorang, berilah dia kekuasaan!” Demikianlah adagium yang sering dikutip berkait kekuasaan. Sebab, mengutip Lord Acton, kekuasaan cenderung menyimpang dan kekuasaan mutlak pasti menyimpang. Betapa mengerikan kekuasaan itu!

Sesungguhnya itu jugalah yang diberikan Allah kepada manusia, setidaknya atas diri sendiri. Allah mengaruniakan kehendak bebas dalam diri kita masing-masing. Kita bukanlah wayang di tangan dalang. Manusia dikaruniakan Tuhan kemampuan dan kemauan untuk mengambil keputusan. Dan kedewasaan seseorang akan terlihat ketika dia mampu mengambil keputusan.

Pakaian Keselamatan dan Jubah Kebenaran
Nah, pertanyaan yang patut direnungkan pada akhir tahun adalah berapa kali sudah kita mengambil keputusan penting bagi diri sendiri, juga orang lain? Sudah tepatkah keputusan itu? Apa pula kriterianya?

Yesaya bernubuat: ”Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran…” (Yes. 61:10).

Perhatikan kedua hal ini: pakaian keselamatan dan jubah kebenaran! Dan kedua hal ini sebenarnya bisa kita jadikan patokan dalam mengambil keputusan. Keselamatan yang dari Allah seharusnya menjadi dasar bagi kita untuk hidup di dalam kebenaran Allah. Allah memang mengaruniakan kehendak bebas dalam diri setiap manusia. Akan tetapi, aneh rasanya jika manusia yang telah diselamatkan-Nya, hidup semau-maunya!

Menarik simbolisme yang dinubuatkan Yesaya: pakaian keselamatan dan jubah kebenaran. Yang dipakai pertama kali adalah pakaian keselamatan, baru setelah itu jubah kebenaran. Itu berarti keselamatan menjadi dasar bagi seseorang untuk melakukan kebenaran di sini. Sebab jika tidak, kebenaran bisa jadi menurut orang per orang. Dan itu bukanlah kebenaran yang sejati.

Pakaian keselamatan dan jubah kebenaran itulah yang semestinya membuat umat Allah sungguh-sungguh mau menjadi alat di tangan Allah! Dalam Mazmur 148, pemazmur mengajak segala sesuatu memuji Allah! Sebab: ”Dia mendirikan semuanya untuk seterusnya dan selamanya, dan memberi ketetapan yang tidak dapat dilanggar” (Mzm. 148:6). Allah tak sekadar mencipta, tetapi juga menetapkan masing-masing menurut kehendak-Nya.

Kehendak Allah adalah Anugerah
Dengan kata lain, di dalam setiap makhluk, Allah juga menganugerahkan kehendak-Nya. Itu berarti Tuhan juga memberikan kemampuan dalam diri setiap makhluk untuk bertindak seturut dengan kehendak Tuhan! Syarat utamanya adalah hidup sebagai hamba Allah—sebagai abdullah!

Ini bukan perkara gampang. Dosa menghambat manusia untuk memahami kehendak Allah baginya. Dosa pula yang membuat manusia menjadi seteru Allah, bahkan menjadi sama seperti Allah. Dosa membuat manusia merasa lebih hebat dari Allah. Dosa membuat manusia tak lagi mau menjadi hamba, tetapi lebih ingin menjadi tuan. Dosa membuat semua jalan tampak gelap.

Namun, kabar baiknya adalah Allah tak ingin manusia tetap meraba-raba dalam gelap. Dia sendiri menjadi manusia untuk menolong manusia kembali bersekutu dengan Dia. Allah menjadi manusia untuk menolong manusia hidup sebagai hamba Allah! Yesus menegaskan: ”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12).

Jalan keluarnya ya memang cuma satu—mau diterangi Terang Dunia! Hidup di dalam Terang Dunia. Ketika kita mengikuti Kristus, maka jalan kita akan diterangi oleh Dia sehingga kita tidak akan mungkin salah jalan. Bahkan, kita sendiri akan mempunyai terang hidup. Dan ketika mata hati kita terang, maka mudahlah bagi kita mengambil keputusan yang sesuai dengan kehendak Tuhan!

Belajar dari Salomo
Pada titik ini, Salomo bisa kita jadikan teladan nyata. Ketika ada kesempatan untuk meminta apa pun dari Allah, Salomo berkata, ”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat…” (1Raj 3:9).

Menarik disimak, Salomo meminta hati yang paham menimbang perkara. Dan Allah menanggapi permohonan itu dengan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian. Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara—mana yang benar, baik, dan tepat.

Bagaimana Salomo sampai pada keputusan seperti itu? Mengapa dia tidak meminta—sebagaimana dinyatakan Allah sendiri— umur panjang, kekayaan, nyawa musuhmu; tetapi malah meminta pengertian untuk memutuskan hukum?

Tampaknya, Salomo menyadari bahwa dia seorang raja—pengambil keputusan tertinggi di kerajaan. Sehingga, dia lebih memprioritaskan hikmat dan pengertian ketimbang usia, harta, dan kejayaan di medan laga. Dan permintaan Salomo itu baik di mata Allah karena seturut kehendak-Nya.

Sekali lagi, Salomo tidak meminta hikmat, tetapi hati yang berhikmat. Hati yang mampu menimbang-nimbang perkara. Fokus Salomo adalah hati yang mampu menimbang-nimbang: mana yang benar, baik, dan tepat.

Tak gampang memang. Itu hanya mungkin terjadi kala kita senantiasa bersekutu dengan Tuhan. Bersekutu dengan Tuhan berarti manunggal! Dengan kata lain, orang lain bisa merasakan Tuhan ada melalui kita.

Kunci hati yang berhikmat tentu saja persekutuan dengan Tuhan sendiri. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus tadi: ”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Dan ketika kita memiliki terang hidup, kita pun dapat menerangi hidup orang lain. Pada titik ini setiap keputusan dan tindakan yang kita ambil tidak hanya berguna untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain, sebagaimana Salomo!

Nah sekarang pertanyaannya: Tepatkah keputusan-keputusan penting yang telah kita buat pada 2022? Jawabannya adalah apakah kita telah menjadikan kehendak Allah sebagai dasar dalam pengambilan keputusan itu?

Jika sudah sudah tepat bersyukurlah! Jika belum, inilah waktunya menyerahkan semua keputusan yang tidak tepat itu kepada Allah dan memohon Dia menjadikannya kebaikan, tak hanya untuk kita tetapi juga orang-orang yang langsung merasakan keputusan itu!

Selamat menutup tahun 2022 bersama Allah!

Yoel M. Indrasmoro

nb: Gambar oleh CTR-L5 dari Pixabay

Exit mobile version