Senja mengingatkan kita akan pergantian hari. Dari suasana terang benderang menjadi temaram lalu gelap. Dari siang menjadi malam. Dan esok akan tiba hari baru ditandai dengan terbitnya matahari. Momen senja memberi waktu untuk merenungkan hari yang telah dilalui, mengevaluasi sekaligus membuka kesempatan untuk memiliki harapan baru karena esok akan memulai sesuatu dengan semangat yang baru.
Usia senja identik dengan usia tua yang merujuk pada tahap akhir kehidupan seseorang. Itu sebabnya banyak orang menolak tua dengan berbagai cara, antara lain, berolahraga secara teratur, menjalani pola hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan yang berkualitas, melakukan perawatan kulit, dan sebagainya. Namun, semua itu tidak dapat mencegah bertambahnya usia. Bahkan, Alkitab menjelaskan bahwa masa hidup manusia tujuh puluh tahun, dan jika kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan.
Usia jasmani memiliki efek yang berbeda dengan usia rohani. Semakin bertambah usia, pada titik tertentu kondisi kesehatan manusia semakin menurun. Berita baiknya adalah saat kondisi tubuh manusia semakin menurun, kita dapat menikmati kekuatan yang baru tatkala berjalan bersama dengan Tuhan. Persekutuan dengan Tuhan mendatangkan pembaruan batiniah yang terus-menerus dari hari ke hari sehingga secara rohani iman kita semakin bertumbuh hingga kelak kita siap untuk tinggal bersama dengan Tuhan.
Ada sebuah kutipan menarik, yaitu ”Kita hanya hidup sekali, tetapi jika kita melakukannya dengan benar, sekali sudah cukup.” Betapa pentingnya memiliki hidup benar. Usia senja tak perlu ditolak atau dihindari karena usia senja adalah kesempatan untuk bersinar lagi, berdampak, dan menginspirasi sehingga banyak orang hidup dalam kebenaran Tuhan.
Yudi Hendro Astuti | Sobat Media
Foto: Yudi Hendro Astuti

