Timotius
8 November 2022,
(Kis. 16:1-3),
”Paulus datang juga ke Derbe dan ke Listra. Di situ ada seorang murid bernama Timotius; ibunya seorang Yahudi dan telah percaya, sedangkan ayahnya seorang Yunani. Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara seiman di Listra dan di Ikonium, dan Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan. Paulus menyuruh menyunatkan dia karena orang-orang Yahudi di daerah itu, sebab setiap orang tahu bahwa ayahnya orang Yunani.”
Di sinilah pertama kali kita mendengar nama Timotius. Penjelasan Lukas agak rinci berkait dengan Ibu dan ayahnya. Paulus ingin sekali mengajak Timotius turut serta dalam pelayanan misi. Tampaknya Paulus tahu sudah saatnya melakukan pengaderan. Pekabaran Injil merupakan jantung kekristenan. Dan itu merupakan tanggung jawab kristiani hingga kedatangan Kristus yang kedua. Sehingga, regenerasi merupakan keniscayaan.
Menarik disimak, Paulus—pribadi yang bersikukuh pada pemahaman iman bahwa sunat tidak menyelamatkan—meminta Timotius untuk menyunatkan dirinya. Tindakan ini sengaja dilakukan Paulus mengingat masih mengentalnya ajaran mengenai pentingnya sunat dalam diri orang-orang Yahudi yang telah menjadi Kristen.
Kita, orang percaya abad ke-21, bisa saja menyatakan bahwa Paulus tidak tegas atau plin-plin. Namun, kita bisa memahami tindakan ini sebagai upaya strategis Paulus. Paulus tentu paham bahwa sunat memang tidak menyelamatkan, namun Paulus juga merasa sayang jika banyak orang Yahudi Kristen yang akan menolak kepemimpinan Timotius nantinya.
Yang tak boleh dilupakan, Timotius berdarah Yahudi juga dari garis ibu. Sehingga tidak menjalankan ritual sunat malah terkesan aneh. Dan yang pasti Timotius juga tidak keberatan.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.
Sumber Foto: Unsplash/Sandy Millar