Site icon Tangan Terbuka Media

Tulus

Beberapa hari ini saya mengikuti berita tentang Juliana Marins, wisatawan Brasil yang terjatuh di Gunung Rinjani, Lombok.  Diawali ketika beredar berita bahwa dia terekam drone oleh wisatawan lain, sampai akhirnya ditemukan meninggal dunia. Lalu dilakukan proses evakuasi, otopsi, pemulangan jenazah ke negaranya, sampai proses otopsi ulang dan pemakamannya yang menjadi sorotan dunia.

Duka orang tua yang ditinggalkan menimbulkan kekecewaan kepada pemerintah Indonesia yang dirasa tidak cepat tanggap mengevakuasi almarhumah. Respons masyarakat pun beragam.

Hal yang membuat saya terkesan adalah ketika wawancara dilakukan kepada Agam Rinjani, seorang relawan dari tim yang mengevakuasi jenazah. Dia menceritakan bagaimana mereka bermalam di dalam jurang yang dingin dengan posisi bergantungan sambil membawa perlengkapan, menjaga jenazah yang ditemukan supaya posisinya tidak bergeser, dan mengangkat jenazah dari jurang sedalam 600 meter. ”Batu dari atas berjatuhan bergesekan dengan tali, sehingga kita yang di bawah harus hati-hati menghindari batu saat naik ke atas,” jelasnya sambil menggambarkan kemiringan jurang yang terjal berbatu, dan tidak banyak tempat datar.

Tim Relawan yang karena kecintaannya pada Gunung Rinjani bersedia melakukan misi kemanusiaan dengan risiko tinggi. ”Harus bisa, karena nama negara kita yang dipertaruhkan,” katanya.  Kalimat yang singkat, namun penuh makna.

Hal itu pulalah yang saya ceritakan kepada anak saya dalam menanggapi berbagai pilihan yang akan dijalaninya. Profesi, pekerjaan, hendaknya semua harus dilakukan dengan hati tulus, secara maksimal, dan membawa dampak positif bagi masyarakat.

Walaupun Agam kemudian mendapatkan penghargaan dan donasi dari masyarakat Brasil sebanyak Rp1,5M, namun bukan itu saya rasa tujuannya menjadi relawan. Penghargaan dan donasi itu adalah bentuk apresiasi dari yang telah dikerjakannya.

Jadi hendaklah kita senantiasa tulus dalam bekerja. Berkat Tuhan tidak hanya apa yang tercatat dalam saldo rekening. Itulah yang saya pesankan kepada anak saya.

Tjhia Yen Nie | Sobat Media

Foto: Unsplash/Fahrul Razi

Exit mobile version