Yusuf di Penjara

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 19 Mei 2024

Kisah Yusuf di Mesir tak berhenti di penjara. Penjara tidak menenggelamkannya. Bahkan, penjara menjadi wahana dia mencapai puncak ter­tinggi dalam kariernya.

Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Namun, TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya. Ia membuat Yusuf mendapat kemurahan dari kepala penjara itu” (Kej. 39:21). Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini ter­tera: ”Tetapi TUHAN menolong Yusuf dan terus mengasihinya, sehingga kepala penjara suka ke­padanya.”

Penyertaan Allah merupakan modal utama Yusuf. Sehingga, baik di rumah Potifar maupun di dalam penjara Yusuf mampu memperlihatkan diri sebagai orang dengan kualitas unggul.

Itu jugalah yang menyebabkan kepala penjara, sebagaimana Potifar, memercayakan semua tahanan dalam penjara itu kepada Yusuf. Tak hanya itu. Kepala penjara pulalah yang memerintahkan Yusuf untuk mengurus semua hal yang mestinya menjadi tanggung jawabnya. Saking percayanya, dia bahkan tidak mencampuri apa yang telah dipercayakannya kepada Yusuf.

Kelihatannya, tak hanya kepala penjara yang percaya kepada Yusuf. Bahkan orang-orang tahanan pun sepertinya memercayai Yusuf. Bisa jadi karena Yusuf bersikap baik kepada para tahanan itu. Mudah dinalar mengapa juru minuman dan juru roti sama-sama menceritakan mimpinya ke­pada Yusuf. Mereka bercerita karena percaya ke­pada Yusuf.

Mungkin saja Yusuf kecewa karena juru mi­numan ternyata tak memenuhi janjinya setelah dikeluarkan dari penjara. Namun, tindakan juru minuman itu malah membuatnya ingat lagi akan Yusuf ketika Firaun juga pusing terhadap arti dari mimpinya itu.

Namun, dalam semuanya itu, kita bisa melihat bahwa Yusuf tetap menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dia tidak menjadi marah dan pu­tus asa. Tampaknya Yusuf sadar, kemarahan atau keputusasaannya hanya akan membuat pelayanan­nya menjadi kendor. Ujung-ujungnya dia sendi­rilah yang akan kena tegur. Dan bisa jadi kepala penjara tak lagi memercayainya.

Kelihatannya Yusuf percaya bahwa jalan yang paling logis adalah terus memercayakan diri kepa­da Allah. Toh, dia sendiri sudah menjadi kesayangan kepala penjara.

Kisah Yusuf di penjara juga memperlihat­kan kepada kita, orang percaya abad XXI, untuk terus memercayakan diri kepada Allah—seburuk apa pun situasi kita—serta melakukan tugas se­baik-baiknya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Unsplash/WEston M.