Site icon Tangan Terbuka Media

Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga

”Allah hadir untuk menyelamatkan keluarga” (bdk. Mat. 1:21-24).  Demikianlah Tema Natal PGI/KWI 2025. Mengapa keluarga? Mengapa bukan individu-individu?

Keluarga penting di mata Allah. Keluarga merupakan tempat individu bertumbuh dan berkembang. Dan karena itu, menyelamatkan keluarga sungguh signifikan.

Kisah Natal memperlihatkan dengan jelas bagaimana Allah ingin menyelamatkan keluarga. Tentunya keluarga Yusuf dan Maria, yang hampir pecah. Ya, hampir pecah karena Yusuf berikhtiar menceraikan Maria, tunangannya, secara diam-diam.

Janganlah Takut

Janganlah takut mengambil Maria sebagai isterimu! Kelihatannya Malaikat Tuhan memahami bahwa Yusuf sungguh takut. Takut karena apa? Takut kalau-kalau dia salah dalam mengambil keputusan.

Bisa jadi kehamilan Maria sudah menjadi rahasia umum. Dan Yusuf sebagai tunangan pastilah tahu bahwa bayi dalam kandungan Maria bukanlah anak kandungnya.Jika bukan anaknya, lalu anak siapa? Penulis Injil Matius menyatakan: ”Karena Yusuf suaminya, seorang yang benar dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam” (Mat. 1:19).

Alkitab BIMK menyatakan bahwa Yusuf adalah seorang yang seorang yang selalu menaati hukum agama. Karena menaati hukum agama, Yusuf tahu bahwa jalan terbaik adalah memutuskan pertunangan. Tetapi, karena Yusuf tidak mau mencemarkan nama Maria di muka umum, maka dia bermaksud menceraikannya secara diam-diam.

Yusuf adalah orang benar dan tidak suka menyakiti orang lain, meski dirinya pun mungkin merasa sakit karena kenyataan bahwa Maria hami. Menceraikan secara diam-diam sejatinya merupakan hal yang bijak karena jika tidak maka Maria akan dianggap berzina; dan hukumannya adalah mati. Kelihatannya Yusuf mengambil jalan, lebih baik disakiti, ketimbang menyakiti.

Namun demikian, Yusuf pun tidak mau mengakui anak dalam kandungan Maria adalah anak kandungnya sendiri. Karena jika demikian, dia telah melakukan kebohongan publik. Lagi pula, jika itu yang dilakukan maka seumur hidup akan ada prasangka dalam dirinya terhadap istrinya.

Yusuf juga tak mau jika perkawinannya hanya karena bermodalkan rasa kasihan terhadap tunangannya. Perkawinan dengan bermodal kasihan hanya akan membuat posisi Maria seumur hidup berada di bawah Yusuf; padahal sejatinya cinta memang harus berdasarkan kesetaraan semata. Itulah agaknya alasan-alasan yang membuat Yusuf takut mengambil Maria sebagai istri.

Perkara Besar

Karena itulah, sekali lagi, malaikat Tuhan datang dalam mimpi dan berkata, ”Jangan takut!” dan memberi perintah kepadanya untuk tetap mengawini Maria, dan memberi tugas kepada Yusuf, selaku ayah untuk memberi nama Yesus kepada anaknya. Nama Yesus sendiri bukanlah nama sembarang nama, alasan pemberian nama adalah karena ”Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka” (Mat. 1:21).

Pemberian nama merupakan tugas seorang ayah; dan dengan pemberian nama itu, maka Yusuf telah menjadi ayah hukum bagi Yesus. Ya, ayah hukum bagi Yesus Kristus. Yusuf bukanlah ayah biologis, melainkan ayah hukum bagi Yesus.

Ini menjadi pokok penting karena dalam karya-Nya Yesus akan disapa sebagai Anak Daud. Dan jangan pula kita lupa bahwa gelar Anak Daud bagi Yesus orang Nazaret hanya mungkin terjadi ketika Yusuf bersedia menjadi ayah hukum bagi Yesus. Sekali lagi, gelar Anak Daud itu menjadi pas disematkan kepada Yesus Kristus karena Yusuf, ayah hukum bagi Yesus, adalah keturunan Daud. Seandainya Yusuf membatalkan pertungannya—artinya tidak mau menjadi ayah hukum bagi Yesus—maka gelar Anak Daud bagi Yesus mungkin nggak pernah ada.

Hamba Allah

Mengapa Yusuf melakukannya? Tentu hanya Yusuf yang tahu. Namun, kemungkinan besar karena dia memahami dirinya sebagai hamba Allah. sebagai hamba Allah maka yang harus dilakukannya adalah menaati kehendak Allah tanpa syarat.

Menarik disimak, Yusuf bukan orang terkenal di kalangannya. Dia hanyalah orang sederhana yang berprofesi sebagai tukang kayu. Mungkin sebagai tukang kayu, Yusuf seorang profesional. Namun, dia bukanlah seorang politikus, dia bukan selebritas, yang sering membuat berita dan menjadi berita. Yang membuat Yusuf di kenal sampai hari ini—lebih dikenal ketimbang artis dan politikus pada zamannya—adalah Yusuf melakukan kehendak Allah.

Apa yang dilakukan Yusuf bukanlah hal gampang. Dia harus menahan dirinya untuk tidak bersetubuh dengan Maria hingga anak itu lahir. Dan yang terpenting dialah yang memberi nama Yesus kepada anak hukumnya.

Menyelamatkan Keluarga

Sejatinya Allah memang ingin menyelamatkan keluarga. Dari awal Allah ingin Yusuf menyelamatkan keluarganya sendiri. Caranya dengan tetap menjadi suami bagi Maria. Dengan begitu Sang Juruselamat pun memiliki ayah hukum. Yusuf pulalah yang memungkinkan Yesus bergelar Anak Daud.

Allah juga ingin kita menyelamatkan keluarga. Dimulai dengan keluarga kita sendiri. Caranya? Pertama, berpikir, bersikap, dan bertindak benar. Kedua, jangan menyakiti hati anggota keluarga sendiri. Kadang kita lebih menjaga hati orang lain ketimbang hati anggota keluarga kita sendiri. Ketiga, taat kepada Allah. Itu saja.

Yoel M. Indrasmoro  

Foto: Istimewa

Exit mobile version