Sabda-Mu Abadi | 13 Mei 2024
“Allah berfirman kepada Yakub: ’Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di sana. Buatlah di sana mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu ketika engkau lari dari Esau, saudaramu’” (Kej. 35:1). Demikianlah perintah Allah kepada Yakub. Agaknya perintah ini disampaikan setelah keadaan Yakub mulai tenang. Pada titik ini kita—orang percaya abad XXI—bisa belajar bahwa kadang ucapan syukur menjadi sekadar euforia sesaat setelah mendapatkan pertolongan Allah. Tentu ini tidak salah. Namun, menjadi masalah adalah setelah itu, dengan berlalunya waktu, orang malah lupa akan berkat Allah yang telah diterima.
Allah sepertinya merasa perlu mengingatkan Yakub bahwa Dialah yang berinisiatif menyapa Yakub dalam kesendiriannya. Dalam kegentarannya selaku pelarian, Allah mau menemani Yakub. Allah menyertainya.
Meski perintah Allah itu ditujukan secara pribadi, Yakub merasa perlu mengajak keluarganya, juga semua orang yang tinggal di rumahnya untuk bersama-sama dengan dia pergi ke Betel.
Penulis Kitab Kejadian mencatat: ”Lalu kata Yakub kepada seisi rumahnya dan semua orang yang bersama dia, ’Singkirkanlah ilah-ilah asing yang ada di antara kamu, sucikanlah dirimu dan gantilah pakaianmu. Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel. Aku akan membuat mezbah di sana bagi Allah yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh’” (Kej. 35:2-3).
Di sini tampaknya Yakub menyadari, penyertaan Allah itu tak hanya bagi dirinya semata, tetapi juga anggota keluarga, bahkan para pelayannya. Karena itu, Yakub juga mengajak seluruh orang di rumahnya untuk pergi ke Betel.
Dan untuk itu Yakub memang tidak main-main, dia mengharuskan setiap orang dalam rumahnya untuk membuang dewa-dewa dalam diri mereka, menguduskan diri, dan mengenakan pakaian bersih. Perintah Yakub ini memperlihatkan pentingnya bersih hati, pikiran, dan tubuh, juga pakaian. Ini menjadi penting karena aneh rasanya berhadapan dengan Allah dengan hati, pikiran, dan tubuh, juga pakaian kotor.
Itu berarti, orang tua abad XXI perlu menolong anak-anak mereka untuk membersihkan hati, pikiran, dan tubuh, juga pakaian mereka, jika hendak bertemu dengan Allah.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio: