Sabda-Mu Abadi | 31 Januari 2023 | Rm. 1:24-25
”Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada kecemaran sesuai dengan keinginan hati mereka, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Memang mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya. Amin.”
Ketika manusia kukuh pada kehendaknya sendiri, Allah akan membiarkan mereka dikuasai oleh keinginan hatinya sendiri. Jelaslah bahwa Allah tidak memaksakan kekendak baik-Nya. Ia sendiri sudah menyatakan kehendak-Nya dalam hati nurani manusia. Namun, ketika manusia, karena merasa diri benar dan bijaksana, mengambil jalannya sendiri, Allah mendiamkannya.
Persolannya juga, pada waktu Allah diam inilah manusia malah berpikir bahwa tindakannya itu benar. Kediaman Allah diyakini bahwa tindakannya telah mendapat restu Allah. Padahal, pada awalnya merekalah yang kekeh pada pandangannya.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Allah yang benar, mereka ganti dengan sesuatu yang palsu. Bukan Pencipta melainkan yang diciptakan itulah justru yang disembah dan dilayani oleh mereka. Padahal yang menciptakan itulah yang seharusnya dipuji selama-lamanya! Amin.”Pada titik ini Paulus memperlihatkan dengan jelas: manusia menciptakan berhala bagi dirinya sendiri, lalu menyembah dan melayaninya.
Kalau ditelaah dengan cermat, sebenarnya manusia tengah menyembah dan melayani dirinya sendiri. Berhala itu sebenarnya memang dimaksudkan untuk melayani keinginan manusia. Dan untuk semua hal itu, Allah membiarkannya. Bukan karena tidak peduli, tetapi karena manusia telah terlebih dahulu menetapkan dirinya untuk itu.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/ SonerCdem