Sabda-Mu Abadi | 27 November 2024 | Mrk. 6:1-3
”Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan banyak orang takjub mendengar-Nya dan berkata, ’Dari mana orang ini memperoleh hal-hal itu? Hikmat apakah yang diberikan kepada-Nya? Bagaimanakah mukjizat-mukjizat yang demikian dapat diadakan oleh tangan-Nya?’”
Demikianlah kalimat yang terlontar dari mulut orang-orang di kampung halaman Yesus ketika menyaksikan Yesus mengajar. Mereka takjub. Mereka tak habis mengerti bagaimana mungkin teman sepermainan mereka sekarang telah berubah begitu drastis. Sekali lagi, mereka terpana menyaksikan pengajaran Yesus.
Akan tetapi, itu tidak berlangsung lama. Rasa kagum itu berubah menjadi iri. Ya, kemungkinan besar memang banyak orang iri karena teman sepermainan mereka telah menjadi orang dan didengar banyak orang. Mungkin ada yang bertanya dalam hati mengapa bukan mereka yang memiliki kuasa mengajar seperti itu? Mengapa harus Yesus, anak tukang kayu itu?
Ya, itulah yang terjadi. Mereka akhirnya malah mempertanyakan keabsahan pengajaran Yesus. Dan akhirnya keluarlah pernyataan yang merendahkan: ”Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada di sini bersama kita?”
Kenyataan bahwa Yesus bukan anak orang terpandang membuat mereka malah menolak Yesus. Ya, kekaguman itu berubah menjadi iri. Dan mereka kemudian menolak Sang Guru.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: