Sabda-Mu Abadi | 21 Desember 2022
”Lalu kataku: Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu. Karena aku tidak dapat melihat disebabkan oleh cahaya yang menyilaukan mata itu, maka kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.” (Kis. 22:10-11)
Sapaan Paulus berubah dari ”Tuan” ke ”Tuhan”. Perubahan ini wajar karena dari pribadi tak tentu, Paulus akhirnya mengenal pribadi dalam cahaya sebagai Yesus Orang Nazaret. Mengapa ”Tuhan? Sepertinya Paulus memahami bahwa Yesus bukan manusia biasa. Dia sungguh berbeda. Dan Paulus tampaknya mulai memercayai-Nya sebagaimana para murid Yesus memercayai-Nya.
Dan karena itu, pertanyaan Paulus selanjutnya sungguh wajar: ”Apakah yang harus kuperbuat?” Pada titik ini Paulus menjadikan dirinya sebagai hamba Yesus Orang Nazaret. Dan sebagai hamba, dia tak lagi punya kehendak. Kalau pun ada, kehendak diri diletakkan pada kehendak Tuhan.
”Tuhan, apa yang harus kuperbuat?” Ini jugalah pertanyaan yang mesti kita serukan agar visi-Nya menjadi nyata di bumi ini melalui kita. Mungkin baik, jika kita menyerukannya setiap pagi. Dan pada malam hari kita bisa mengevaluasinya. Sekali lagi agar visi Allah semakin nyata. Bukankah itu juga yang sering kita doakan: ”Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga”?
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Sumber Foto: Unsplash/Anastasia Lysiak