Sabda-Mu Abadi | 6 April 2025 | Mrk. 15:33
”Pada jam dua belas, kegelapan meliputi seluruh negeri itu dan berlangsung sampai jam tiga.”
Bumi tampaknya turut berduka menyaksikan Anak Manusia tersalib di Golgota. Peristiwa penyaliban itu memang bukan peristiwa biasa. Manusia nirdosa itu menanggung dosa umat manusia. Ia menjadi kambing hitam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ungkapan ”kambing hitam” berarti ”orang yang dalam suatu peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan atau dijadikan tumpuan kesalahan”.
Ya, kegelapan meliputi seluruh negeri itu. Ini bukan hal biasa karena manusia pada hakikatnya makhluk terang. Manusia dicipta Allah sebagai makhluk yang membutuhkan terang. Manusia normal paling banter hanya betah lima sampai delapan jam dalam kegelapan—yaitu ketika dia tidur. Dalam keadaan melek manusia normal butuh terang.
Terang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Apa artinya cukup sandang, pangan, papan, tetapi semuanya serbagelap. Makan pun susah! Apa enaknya punya rumah mewah, berbaju bagus, kalau tak ada terang! Siapa yang bisa menikmati semua itu?
Gelap memang tak bisa membuat manusia pergi ke mana-mana dengan bebas. Namun, gelap bisa menolong manusia untuk diam, bergeming, dan berintrospeksi diri. Mungkin itu jugalah alasan Allah membuat kegelapan selama tiga jam agar manusia bisa merenungkan apa yang telah mereka perbuat bagi Yesus Orang Nazaret.
Menarik diperhatikan gelap jugalah yang terjadi menjelang Paskah pertama. Dalam Keluaran 10:21-22 tertera: ”Berfirmanlah TUHAN kepada Musa, ’Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya kegelapan meliputi tanah Mesir, sehingga kegelapan itu sangat terasa.’ Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan gelap gulita meliputi seluruh tanah Mesir selama tiga hari.” Jika di Mesir selama tiga hari, kegelapan menyelimuti Yerusalem selama tiga jam.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!