Sabda-Mu Abadi | 30 Desember 2025 | Mat. 24:45-48
”Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Tuannya itu akan memberi dia wewenang atas segala miliknya. Akan tetapi, apabila hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang. Lalu ia mulai memukul hamba-hamba lain, dan makan minum bersama-sama pemabuk-pemabuk. Tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan memenggal dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang munafik. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.”
Di mata Sang Guru, hamba yang setia adalah setiap orang yang melakukan tugasnya meski tidak ada tuannya. Bagi hamba itu, entah ada tuannya atau tidak, ia harus menjalankan tugas kehambaan itu dengan sebaik-baiknya. Kinerjanya tidak tergantung dari keberadaan sang tuan. Sebab, ia tahu—meski sang tuan tidak ada di sampingnya, status kehambaannya tak pernah berubah.
Tindakan itu di mata Yesus Orang Nazaret sungguh bijak. Ia menegaskan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Alangkah bahagianya pelayan itu apabila tuannya kembali, dan mendapati dia sedang melakukan tugasnya.” Bahagia karena ia dapat membuktikan bahwa ia tetap bertindak sebagai hamba meski sang tuan sedang tidak ada di tempat.
Konsep hubungan hamba-sang tuan dipakai Sang Guru untuk menggambarkan hubungan para murid-Nya dengan Sang Bapa. Menjadi penting bagi setiap hamba Allah untuk tetap mempertahankan status kehambaan itu dalam segala situasi.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!

