Site icon Tangan Terbuka Media

Ilah Lain

Sabda-Mu Abadi | 6 Juli 2024 | Kel. 20:3

”Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.” Demikianlah Firman pertama. Jelaslah Allah tak ingin diduakan. Ia tak mau ada pihak ketiga di antara Dia dan umat-Nya.

Agaknya kita perlu bertanya sejenak: Mengapa manusia cenderung berharap pada ilah-ilah lain yang diwujudkan dalam berhala, dan bukan kepada Allah? Jawabannya sederhana: mereka terlihat, sedangkan Allah tidak. Dan apa yang kelihatan itu mendatangkan rasa aman dan nyaman, yang membuat manusia tergoda mengandalkannya.

Namun, kalau kita telusuri, pengandalan itu sesungguhnya bermuara pada diri sendiri. Karena rasa aman dan nyaman itu memang berasal dari diri sendiri. Manusia percaya pada apa yang kelihatan. Dan itulah yang dibenci Allah. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Jangan menyembah ilah-ilah lain. Sembahlah Aku saja.” Artinya, tidak ada apa pun yang boleh kita sembah dan andalkan kecuali Allah sendiri.

Pengandalan diri kepada di luar Allah sesungguhnya hanya akan membuat diri kita sombong, dan akhirnya merasa tidak membutuhkan Allah. Dan ilah-ilah modern bukanlah melulu soal patung atau jimat. Tabungan di bank pun bisa menjadi ilah. Di tengah ekonomi yang sulit ini, punya tabungan di bank bisa membuat kita merasa aman dan nyaman. Dan itu bisa menghancurkan diri kita sendiri.

Juga asuransi. Ketika awal-awal punya mobil dinas, yang diasuransikan, saya merasa aman. Dan yang terjadi malah sering terjadi kecelakaan, entah menyerempet atau diserempet, dan saya merasa biasa-biasa saja. Akan tetapi, ketika asuransi habis waktunya, malah enggak pernah terjadi kecelakaan. Jelaslah, ilah-ilah itu menghancurkan diri kita sendiri.

Kadang, tanpa sadar, ilah itu berwujud atasan kita. Kita takut setengah mati karena merasa nasib kita ada di tangannya. Padahal ia juga manusia, yang bisa berubah. Yang jabatannya bisa hilang jabatan kapan saja. Sehingga mengandalkan atasan sejatinya merupakan kebodohan.

Allah mengingatkan kita untuk hanya menyembah Dia saja. Itulah bukti bahwa kita hanya mengandalkan-Nya. Sesungguhnya itu pun sesuatu yang logis. Sebab, Allah—pencipta kita—dan kekal sifatnya. Yang tak boleh kita lupa, Ia sungguh mengasihi kita. Allah telah mengangkat kita menjadi umat kepunyaan-Nya sendiri.

Dan mengandalkan Allah mensyaratkan kerendahan hatinya. Berdoa itu mensyaratkan kerendahhatian. Kita tahu kita lemah, kita bisa salah, dan karena itu kita mohon pertolongan Allah. Itulah yang perlu kita tularkan kepada generasi selanjutnya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Kira A.
Exit mobile version