Sabda-Mu Abadi | 10 Februari 2024 | 1Ptr. 1:22-23
”Karena kamu telah menyucikan dirimu dalam ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, melalui firman Allah, yang hidup dan yang kekal.”
Sungguh-sungguh mengasihi dengan segenap hati. Itulah yang dinasihati Petrus kepada para pembaca suratnya. Meski ada kata ”sungguh-sungguh”, Petrus menyisipkan frasa ”dengan segenap hati”. Bisa jadi, Petrus tahu bahwa mengasihi memang bukan perkara mudah. Meski dari lubuk hati orang menyatakan ingin mengasihi, situasi sering membuat dia goyah.
Petrus pun pernah mengalaminya. Dalam Matius 26:33-35 tertera: ”Petrus menjawab-Nya, ’Biarpun mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak.’ Yesus berkata kepadanya, ’Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.’ Kata Petrus kepada-Nya, ’Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku tidak akan menyangkal Engkau.’” Dan sejarah mencatat bahwa Petrus menyangkal Sang Guru tiga kali di halaman rumah imam besar.
Oleh karena itu, Petrus menyatakan bahwa penting bagi pembaca suratnya untuk mengasihi dengan segenap hati. Segenap hati berarti 100 persen. Dan 99 persen belum segenap.
Itu bukan tanpa dasar karena pembaca suratnya telah dilahirkan kembali melalui firman Allah. Ya, firman Allah alasan utama manusia untuk mampu mengasihi sesamanya dengan segenap hati.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Uran W.