Sabda-Mu Abadi | 21 September 2024 | Kel. 33:12-14
”Berkatalah Musa kepada TUHAN, ’Engkaulah yang berfirman kepadaku: Bawalah bangsa ini pergi! Tetapi, Engkau tidak memberitahu kepadaku siapa yang akan Kauutus bersamaku. Padahal, Engkau sendiri berfirman: Aku mengenalmu dengan namamu, juga engkau mendapat kemurahan hati-Ku. Sekarang, sekiranya aku mendapat kemurahan hati-Mu, beritahukanlah kepadaku jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kemurahan hati-Mu. Lagi pula, bangsa ini umat-Mu sendiri.’ Lalu TUHAN berfirman, ’Aku sendiri akan berjalan besertamu dan memberi ketenteraman kepadamu.’”
Musa bertanya kepada Allah. Pertanyaannya berdasarkan pada kemurahan hati Allah. Sejatinya hidup Musa memang penuh dengan kemurahan hati Allah. Namanya—yang berarti diangkat dari air—membuktikan hal itu.
Allah—melalui kerjasama Yokhebed, Miryam, dan Putri Mesir—menyelamatkan Musa dari pembunuhan yang dicanangkan Firaun, bahkan menjadi Pangeran Mesir. Allah pula yang memelihara Musa sebagai pelarian di tanah Midian dan, setelah empat puluh tahun, memangggil dia menjadi pemimpin Israel.
Sekarang di padang gurun, setelah peristiwa patung lembu emas, Musa menagih janji Allah. Musa mengingatkan bahwa Allah telah menyuruh dia memimpin Israel, namun setelah peristiwa patung lembu emas, Allah sepertinya tidak mau lagi menyertai umat Israel dan mengutus malaikat-Nya.
Karena itu, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Sudilah memberitahukan apa rencana-Mu, TUHAN, supaya saya dapat melayani Engkau dan tetap menyenangkan hati-Mu. Ingatlah juga bahwa bangsa ini sudah Kaupilih menjadi milik-Mu.”
Ya, bangsa Israel telah dipilih menjadi milik Allah. Aneh rasanya jika Allah tidak menyertai-Nya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: