Di Troas Paulus mendapatkan visi (Kis. 16:9). Ia melihat ada seorang Makedonia yang berseru kepadanya, ”Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Paulus bisa saja mengabaikan visi itu dan menganggapnya khayalan. Cuma mimpi. Kembang tidur.
Visi Paulus
Namun, Lukas mencatat: ”Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana” (Kis. 16:10).
Paulus tidak mengabaikan penglihatan itu. Paulus bertindak. Agaknya dia memahami bahwa visi itu berasal dari Allah. Karena itulah, Paulus menaatinya. Paulus menanggapi visi itu dengan berlayar ke Makedonia agar keselamatan Allah juga dirasakan bangsa-bangsa lain.
Lagi pula, pesan orang tersebut jelas: ”Tolonglah kami!”. Orang Makedonia itu ingin ditolong. Ia sedang membutuhkan pertolongan. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dalam penglihatan itu ia melihat seorang Makedonia berdiri di depannya sambil meminta dengan sangat supaya ia pergi ke Makedonia untuk menolong mereka.” Situasinya penting dan mendesak. Karena itu, Paulus dan kawan-kawannya sigap memberikan pertolongan.
Orang boleh bilang bahwa penyeberangan ke Makedonia merupakan keinginan Paulus pribadi. Atau, hanya impian atau angan Paulus belaka. Yang pasti Paulus tidak ingin impian atau khayalan itu tinggal impian. Paulus mewujudkan visi tersebut.
Visi memang harus diwujudkan. Jika tidak diwujudkan, visi tak ubahnya bunga tidur atau lamunan kosong. Sebagus apa pun visi, toh harus diwujudkan. Tak ada gunanya mengagungkan visi tanpa realitas. Tiada guna memuliakan visi tanpa karya. Itu sama halnya dengan pepesan kosong.
Dan sebagai orang yang telah mendapatkan keselamatan, Paulus dan kawan-kawannya ingin lebih banyak orang yang mendapatkan keselamatan. Karena itu, ia melakukan segala upaya untuk pergi ke Makedonia. Ia ingin orang-orang Makedonia juga merasakan keselamatan itu.
Visi Pemazmur
Sejatinya, visi Paulus itu senada dengan visi pemazmur. Pemazmur bermadah: ”Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, Sela supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan karya keselamatan-Mu di antara segala bangsa” (Mzm. 67:2-3).
Pemazmur mempunyai keinginan kuat agar Allah memberkati dirinya. Ini merupakan keinginan wajar. Allah pencipta. Lumrahlah, meminta berkat dari Sang Pencipta. Yang tak lumrah ialah ketika seseorang merasa tak perlu lagi mengharap berkat Allah; karena merasa mampu memberkati dirinya sendiri. Atau, lebih tidak lumrah kala seseorang menolak berkat Allah.
Namun, pemazmur tidak meminta berkat itu untuk diri sendiri. Berkat Allah diharap bukan untuk dinikmati sendirian, tetapi agar kehendak Allah dikenal di seluruh bumi dan karya keselamatan Allah juga dirasakan semua bangsa.
Pemazmur berkerinduan kuat, agar segala bangsa, tak hanya Israel, mengenal Allah. Kerinduan yang kuat ini bisa kita disebut visi. Visi pemazmur—bisa kita ringkas dengan tiga kata—manusia mengenal Allah. Dan misinya ialah mewujudkan visi tersebut.
Misi umat Allah ialah memperkenalkan Allah kepada dunia. Perkara apakah orang akan menerima atau menolak Allah, sejatinya bukanlah urusan kita lagi. Namun, kita harus senantiasa berupaya untuk menolong orang mengenal Allah dan merasakan karya keselamatan-Nya.
Ketaatan adalah Tanda Kasih
Pertanyaannya adalah Mengapa? Mengapa Paulus menaati visi yang dari Allah itu? Pertama, karena dia mengimani bahwa visi itu bukanlah bunga tidur, juga bukan karena keinginannya belaka. Ia sungguh-sungguh mengimani bahwa semuanya itu berasal dari Allah. Karena dari Allah, ia taat.
Kedua, karena Paulus mengasihi baik Yesus, Sang Guru, maupun orang Makedonia itu. Sang Guru tegas berkata, ”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku” (Yoh. 14:23). Ada kaitan erat antara kasih dan ketaatan. Kita tentu akan menaati orang yang kita kasihi. Mengapa? Sebab, kita mengasihinya? Ketaatan adalah tanda kasih.
Dalam kasus Paulus, sepertinya ia juga mengasihi orang Makedonia. Karena itu, dia ingin memberikan yang terbaik dari yang dia miliki kapada orang Makedonia. Yang terbaik dari miliknya adalah keselamatan dalam Yesus Kristus.
Menarik disimak, perjalanan menyeberang ke Makedonia itu berbuah. Di Filipi Paulus bertemu dengan Lidia, penjual kain ungu, yang menjadi percaya akan pemberitaan Injil Paulus. Tak hanya menjadi percaya, Lidia bahkan menjadi pendukung pelayanan Paulus. Dengan mengundang Paulus menginap di rumahnya, Lidia siap mencukupi kebutuhan papan dan pangan Paulus. Bayangkan, seandainya Paulus tidak menyeberang ke Makedonia!
Visi Yohanes
Apa yang dilakukan Paulus sejatinya selaras pula dengan visi yang didapat Yohanes di pulau Patmos. Yohanes menjadi saksi akan hadirnya Yerusalem baru. Yerusalem baru berbeda dengan Yerusalem lama. Keberadaan Yerusalem baru sesuai dengan arti namanya ”kota damai” karena persekutuan antara Allah dan manusia sungguh terwujud di kota itu.
Di Yerusalem yang baru itu manusia saling menyapa sebagai sesama, yang setara kedudukannya di hadapan Allah. Semua orang adalah hamba dan Allahlah yang menjadi Raja!
Sejatinya Yerusalem baru tak hanya persoalan masa depan di surga sana. Para pengikut Kristus dipanggil untuk mewujudkan kehidupan Yerusalem yang baru itu di bumi ini sekarang. Dan hanya mungkin terjadi kala para pengikut Kristus mau berbagi berkat, damai sejahtera, kabar baik, yang berasal dari Allah sendiri. Selamat berbagi!
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Foto: Istimewa