Sabda-Mu Abadi | 14 Juni 2025 | Mat. 2:11
”Mereka masuk ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, dupa, dan mur.”
Orang-orang dari Timur itu memang sudah mempersiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya. Sesampai di rumah itu mereka membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya. Persembahan itu merupakan tanda takluk mereka kepada Anak itu.
Mereka menyembah bayi itu. Ada tafsiran yang menarik dari Andar Ismail. Dalam bukunya ia menulis, tidak ada percakapan antara orang Majus dengan Maria. Mungkin dikarenakan kesulitan bahasa. Namun, inilah kebenaran sejati: di hadapan Allah tidak ada yang dapat dilakukan manusia kecuali menyembah Dia.
Penulis Injil Matius menulis bukan ”memberikan persembahan”, melainkan ”mempersembahkan persembahan”. Memberikan menyiratkan bahwa sang pemberi berada pada posisi lebih tinggi. Memberikan berarti telapak tangan menghadap ke bawah. Sedangkan mempersembahkan berarti sang pemberi berada pada posisi lebih rendah. Telapak tangan menghadap ke atas.
Persembahan adalah tanda kehambaan. Orang-orang Majus, yang bukan Yahudi, ternyata memahami diri sebagai hamba Allah. Dan itulah yang tidak dilakukan oleh penduduk Yerusalem, Herodes, dan para ahli Taurat.
Di hadapan Allah pilihannya memang cuma dua: menyembah Allah atau menjadikan diri sendiri sebagai Allah. Menyembah Allah berarti dalam segala segi hidup bersikap, berpikir, dan bertindak sebagai hamba.
Emas melambangkan pemerintahan, dupa lambang doa, dan mur adalah lambang dukacita, bahkan kematian. Agaknya penulis Injil Matius sejak awal hendak menekankan bahwa Yesus, Sang Raja yang Maha Mulia, mati demi manusia. Dalam kematian-Nya tercermin kemuliaan-Nya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!