Sabda-Mu Abadi | 24 Juni 2025 | Mat. 3:13-15
”Pada waktu itu Yesus datang dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Namun, Yohanes mencoba mencegah Dia, katanya, ’Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, tetapi Engkau yang datang kepadaku?’ Jawab Yesus kepadanya, ’Biarlah hal itu terjadi sekarang, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Yohanes pun menuruti-Nya.”
Yohanes Pembaptis tercekat. Di hadapannya Yesus berdiri dan mohon dibaptis. Anak Zakharia itu serta-merta menolak. Ia tahu diri. Sehebat-hebatnya dirinya, Yesus jelas lebih hebat. Yohanes merasa lebih tepat dibaptis ketimbang membaptis.
Tugas Yohanes Pembaptis adalah membaptis orang yang bertobat. Baptisan itu tanda pertobatan; sekaligus tanda memulai hidup baru. Tentu baptisan kayak begini tak berlaku bagi Yesus. Sebab Ia manusia nirdosa.
Menanggapi keberatan sepupunya itu, Yesus punya jawaban jitu: ”Biarlah hal itu terjadi sekarang, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Karena alasan itulah, Yesus meninggalkan Galilea menuju Sungai Yordan untuk dibaptis. Tampaklah, menggenapkan seluruh kehendak Allah merupakan jalan hidup-Nya. Dan Yesus mengajak Yohanes turut serta berjalan di jalan hidup-Nya.
Jalannya memang tak mudah. Hambatan kadang menghalang; juga onak duri tumbuh di depan. Yang terbesar—namun yang pertama harus diberantas—berasal dari dalam diri sendiri: keakuan manusia.
Keakuan manusia tak melulu soal kesombongan pribadi. Terkadang hanya perkara kepantasan. Yohanes tak merasa pantas membaptis Yesus. Tindakan itu tak sesuai kaidah.
Jika kita ada di sana, mungkin kita pun tak rela menyaksikan Yesus dibaptis. Akan tetapi, jika kita protes, Ia akan mengucapkan hal yang sama: ”Demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media Anda!