Sabda-Mu Abadi | 29 September 2024 | Kel. 34:21-24
”Enam harilah lamanya engkau bekerja, tetapi pada hari yang ketujuh engkau harus berhenti. Pada musim membajak atau musim menuai pun engkau harus memelihara hari perhentian juga. Hari Raya Tujuh Minggu, perayaan hasil pertama panen gandum, harus kauadakan, juga Hari Raya Pengumpulan Hasil pada pergantian tahun. Tiga kali setahun setiap laki-laki harus menghadap ke hadirat Tuhan ALLAH, Allah Israel. Sesungguhnya Aku akan menghalau bangsa-bangsa dari hadapanmu dan meluaskan daerahmu. Tidak seorang pun akan mengingini negerimu ketika engkau menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, tiga kali setahun.”
Berkait Hari Perhentian, Allah mewanti-wanti umat Israel untuk menaatinya. Ia mengingatkan bahwa pekerjaan, entah itu musim membajak atau musim menuai, kemungkinan besar akan menjadi alasan umat untuk tidak menaati Sabat. Namun, sekali lagi, Allah menegaskan bahwa berhenti merupakan hal yang harus dilakukan umat Allah.
Sebagai manusia modern kita bisa saja tergoda untuk bertanya, ”Mengapa Allah begitu tegas dalam hal ini?” Yang tak boleh dilupakan adalah bahwa Israel adalah umat Allah. Keberadaan sebagai umat Allah memanggil mereka untuk meneladan Allah. Dan Allah, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Kejadian, adalah Pribadi yang menaati Sabat. Allah berhenti pada Hari Sabat, masak manusia tidak?
Selanjutnya Allah menekankan pentingnya merayakan Hari Raya Tujuh Minggu, perayaan hasil pertama panen gandum. Inilah yang hingga masa kini dirayakan orang Kristen sebagai Hari Pentakosta. Perayaan hasil pertama panen gandum mengingatkan umat Israel akan berkat Allah yang tiada putus. Demikian juga Hari Raya Pengumpulan Hasil. Kedua perayaan ini menyatakan dengan jelas betapa Allah adalah Pribadi yang mencukupkan kebutuhan umat-Nya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: