Sabda-Mu Abadi | 31 Mei 2024 | Kel. 4:18-19
”Lalu Musa kembali kepada Yitro, mertuanya, dan berkata kepadanya: ’Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup.’ Yitro berkata kepada Musa: ’Pergilah dengan selamat.’”
Catatan penulis Kitab Keluaran ini menarik disimak. Musa yang mendapatkan panggilan dari Allah tak menunda lama untuk memberitahu, dan meminta izin, mertuanya. Tindakan Musa ini memperlihatkan bahwa ia memang menghormati mertuanya. Bagaimanapun, Yitrolah yang menampung Musa dalam pelariannya, bahkan menerimanya sebagai menantu. Dan waktunya tidak pendek—sekitar 40 tahun.
Menarik juga diperhatikan bahwa Yitro menanggapi dengan baik permintaan Musa itu. Sejatinya Yitro adalah imam di Midian. Ia sendiri tidak punya anak laki-laki. Bisa jadi ia juga ingin menjadikan Musa sebagai penggantinya. Mungkin saja, Yitro sudah semakin mengenal menantunya itu dan mengetahui bahwa ia bukan orang sembarangan.
Nama Musa—yang berarti diangkat dari air—menjadi bukti nyata. Sebagai pribadi yang pernah hidup selama 40 tahun sebagai pangeran Mesir, bisa diduga Musa memang dipersiapkan menjadi seorang pemimpin. Sekali lagi, mungkin saja Yitro pun ingin menjadikannya sebagai imam di Midian.
Akan tetapi, sekali lagi, Yitro tidak menahan Musa. Kemungkinan besar karena Yitro tidak mau, juga tidak berani, menghalangi pemanggilan dan pengutusan Allah bagi menantunya. Tampaknya imam di Midian itu tipe manusia yang tidak menghalangi pengembangan diri menantunya, Sehingga dia mengizinkan Musa—serta anak perempuan dan kedua cucunya—pergi ke Mesir.
Oleh karena itu, layaklah jika orang Israel memberikan apresiasi kepada Yitro, yang telah menjadi tempat pelarian Musa.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi audio: