Sabda-Mu Abadi | 23 Februari 2025 | Mrk. 12:41-44
”Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua uang tembaga, yaitu uang receh terkecil.”
Kita boleh yakin bahwa kisah janda miskin ini bukanlah kelanjutan perikop sebelumnya. Sepertinya Lukas hendak memperlihatkan betapa berbedanya gaya hidup beragama para ahli Taurat dan janda miskin itu.
Yang satu rajin beribadah. Namun, Yesus mengkritik mereka karena ”suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat” (ay. 28). Kata ”suka” yang dipakai Yesus agaknya menyiratkan bahwa kegiatan agama itu dilakukan untuk menyenangkan diri. Ibadah telah menjadi hobi. Ujung-ujungnya ibadah menjadi sekadar pemuas emosi belaka. Ibadah macam begitu cenderung membuat orang jauh dari realitas. Bahkan, sikap hidup hariannya bisa sangat berbeda.
Yang lainnya, memasukkan dua uang tembaga, yaitu uang receh terkecil. Kisahnya berkumandang hingga kini karena tindakannya unik. Begitu unik, hingga Yesus memujinya: ”Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” (Mrk. 12:44).
Bagi janda tersebut, ibadah bukanlah hobi, pengisi waktu luang, atau sekadar pemuas emosi. Bagi dia, beribadah merupakan panggilan manusia sebagai hamba Allah. Karena itu, dia mempersembahkan seluruh nafkahnya.
Mungkin saja, ada orang yang mencibir, ”Miskin, kok sombong!” Namun, bagi dia ibadah memang bukan untuk mencari pujian. Sehingga dia tidak perlu merasa terluka seandainya ada orang mencemoohnya. Yang terpenting, ia memercayai bahwa Allah akan terus memeliharanya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan versi siniar:
n.b.: Dukung pelayanan digital via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!