Sabda-Mu Abadi | 17 Desember 2022
”Ketika Paulus hendak dibawa masuk ke markas, ia berkata kepada kepala pasukan itu, ’Bolehkah aku mengatakan sesuatu kepadamu?’ Jawabnya, ’Engkau tahu bahasa Yunani? Jadi, engkau bukan orang Mesir itu yang baru-baru ini menimbulkan pemberontakan dan membawa lari empat ribu orang pengacau bersenjata ke padang gurun?’ Paulus menjawab, ’Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal di Kilikia; aku minta, supaya aku diperbolehkan berbicara kepada orang banyak itu.’” (Kis. 21:37-39)
Sepertinya kepala pasukan itu terkejut karena Paulus berani menyapanya. Dengan bahasa Yunani pula. Biasanya seorang tahanan akan bersikap takut dan tunduk kepada tentara Romawi. Namun, Paulus beda. Dia tidak mengkeret ketika ditangkap, bahkan melihatnya sebagai kesempatan untuk berbicara dengan orang banyak itu tanpa harus takut akan dilempari batu karena orang banyak itu pasti takut terhadap tentara yang menjaganya.
Sepertinya juga kepala pasukan itu tak terlalu paham situasi sebenarnya. Bahkan dia pun beranggapan bahwa Paulus adalah orang Mesir yang pernah melakukan pemberontakan dan memimpin gerombolan bersenjata ke padang gurun. Sapaan Paulus membuat dia sedikit lebih memahami kerusuhan yang baru saja terjadi.
Sapaan itu pada akhirnya membuat kepala pasukan itu lebih mengenal Paulus. Dan bisa jadi kenyataan itulah yang membuat dia mengizinkan Paulus berbicara dengan orang banyak itu. Ya, semuanya dimulai dari sapaan Paulus.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Sumber Foto: Unsplash/Mike Erskine