Sabda-Mu Abadi | 1 Januari 2025 | Mrk. 8:31-32a
”Yesus mulai mengajarkan kepada mereka bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang.”
Pengajaran Yesus mengenai penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya dimulai setelah pengakuan iman para murid yang diwakili Petrus di Kaisarea Filipi. Dengan demikian, para murid ditolong untuk melihat bahwa misi Mesias ke dunia adalah menderita, mati, dan bangkit!
”Mesias”—dalam bahasa Ibrani masyiakh, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani ”Kristus”—berarti ”yang diurapi Tuhan”. Orang Yahudi percaya bahwa Allah akan mengirim Mesias untuk membebaskan mereka dari musuh mereka. Dalam Kamus Alkitab tertera: ”Yesus disebut Kristus karena Dialah yang dipilih Allah menjadi Juruselamat dan Tuhan, namun bukan sebagai raja duniawi melainkan sebagai Juruselamat yang membebaskan dari kuasa dosa.”
Jelaslah, Mesias harus mati. Hanya dengan cara itu Ia mampu membebaskan manusia dari kuasa dosa. Itulah jalan yang harus ditapaki Yesus Orang Nazaret.
Jalan ini dipakai Allah karena Ia tak mungkin menyangkal firman-Nya sendiri. Upah dosa adalah maut. Semua manusia telah berbuat dosa. Semua manusia harus mati. Padahal Allah mengasihi manusia. Karena itu, Yesus—Allah yang menjadi manusia—menggantikan manusia untuk menanggung upah dosa itu agar semua manusia hidup. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa penebusan-Nya itu sungguh terjadi.
Itulah yang diajarkan Sang Guru dengan terus terang kepada para murid-Nya. Bahkan hingga tiga kali. Ia sepertinya merasa perlu mempersiapkan para murid agar tidak kaget nantinya.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Silakan klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar: