Sabda-Mu Abadi | 4 Agustus 2025 | Mat. 6:12
”dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Permohonan kedua adalah soal pengampunan. Ini kebutuhan primer manusia kedua. Jika tanpa makanan, orang akan sakit secara jasmani; tanpa makanan, manusia akan menderita secara batin. Ya, apa rasanya makanan berlimpah, namun kita tahu bahwa kita masih berutang kesalahan kepada sesama, apalagi kepada Allah? Sejatinya pengampunan akan memampukan kita hidup penuh percaya diri di hadapan Allah dan sesama.
Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam doa ini, Sang Guru mengajak kita memohon pengampunan sembari menyatakan bahwa kita telah mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Itu berarti, sebelum kita mengampuni kesalahan orang lain, kita tak mungkin memohon pengampunan.
Ini jugalah pengalaman beberapa orang ketika memanjatkan Doa Bapa Kami secara bersama dalam ibadah minggu: ”Begitu mudahnya bagi kita meminta pengampunan Allah, tetapi kata-kata kita menjadi hambar, dan melemah tekanannya, ketika berkata, ’Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Ampunilah kami dari kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Ada kata ”sudah” yang digunakan di sini. Itu berarti, tak mungkin kita mengucapkan Doa Bapa Kami secara utuh sebelum mengampuni kesalahan orang lain.
Mengampuni berarti memulihkan hubungan antarmanusia. Mengampuni berarti tidak ada lagi orang yang berutang kepada kita. Mengampuni berarti setaralah kedudukan kita dengan orang tersebut yang pernah berbuat salah kepada kita. Mengampuni berarti mengasihi orang lain. Bukankah ini makna terdalam dari Kerajaan Allah ketika setiap orang mengasihi sesama seperti dia mengasihi dirinya sendiri?
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media!