Site icon Tangan Terbuka Media

Remah-remah

Sabda-Mu Abadi | 23 Desember 2024 | Mrk. 7:24-30

”Benar, Tuhan. Namun, anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak” (Mrk. 7:28).

Demikianlah jawaban sang ibu. Ia rela menyatakan dirinya sebagai anjing asal anaknya sembuh! Tentunya, ini bukan sekadar kerendahan hati. Juga bukan trik yang akan membuat Yesus iba. Kita bisa melihatnya sebagai ungkapan iman. Berkaitan dengan penyelamatan Allah, sang ibu menyadari bahwa manusia secara asasi bergantung penuh kepada Allah. Allah berdaulat.

Perempuan Siro-Fenesia itu sadar pula bahwa dalam kedaulatan-Nya itu, Allah memilih Israel untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Ia menerima kenyataan bahwa Israel adalah umat pilihan. Israel adalah sarana. Ini bukan masalah adil atau tidak adil, ini persoalan kedaulatan Allah. Dan ibu itu menerima kedaulatan Allah itu tanpa syarat.

Oleh karena itu, sang ibu pun yakin bahwa kasih Tuhan itu memang bukan hanya untuk Israel. Sekali lagi, Israel hanya alat. Tak heran, ia berani mendebat Sang Guru dari Nazaret yang sedang naik daun. Ia percaya Yesus memahami hal itu.

Sehingga, sang ibu merasa tak perlu baginya mendapatkan roti utuh. Ia sudah merasa cukup dengan remah-remah roti. Secara fisika, tampaknya ibu itu memahami bahwa besar kecilnya roti tak jadi persoalan. Baik remah-remah maupun roti utuh, toh namanya tetap roti. Dengan kata lain, ibu tersebut memahami bahwa yang penting bukan besar atau kecilnya anugerah, tetapi anugerah Allah itu sendiri. Dan Yesus mengabulkan permintaannya.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan berikut ini untuk mendengarkan versi siniar:

Foto: Unsplash/Mike K.
Exit mobile version