Sabda-Mu Abadi | 26 April 2024
Kisah anak-anak Nuh dalam Kejadian 9:18-29 memperlihatkan kepada kita pentingnya pendidikan moral. Dan semuanya itu dimulai dari keteladanan orang tua.
Kisahnya berawal dari Nuh yang karena mabuk menjadi lupa diri, sehingga telanjang. Ham, anak bungsu yang melihatnya, tidak berbuat apa-apa, bahkan menceritakan tingkah laku ayahnya itu kepada kedua saudaranya. Sem dan Yafet langsung bertindak. Dengan berjalan mundur, mereka berdua menutupi ketelanjangan ayah mereka dengan kain. Peristiwa itulah yang menyebabkan Nuh mengutuk keturunan Ham dan memberkati keturunan Sem dan Yafet.
Tindakan Ham tentu tak dapat dibenarkan. Dia tidak berbuat apa-apa, bahkan menceritakan ketelanjangan ayahnya, mungkin dengan nada bercanda. Dan itulah yang membuat Nuh murka.
Namun demikian, jika kita simak perkara ini, pangkal soalnya adalah Nuh sendiri. Karena mabuk, dia tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Anehnya, setelah sadar, Nuh bukannya menyadari kesalahannya, malah mengutuk anak bungsunya.
Jelaslah di sini, tak ada keluarga yang sempurna. Sebab setiap anggota terdiri atas manusia-manusia yang juga tak sempurna. Pada titik inilah pengampunan menjadi keniscayaan.
Seandainya Nuh menegur Ham dengan kasih, kemungkinan besar Ham akan berubah menjadi semakin baik. Dia mungkin akan menyadari bahwa ayahnya pun tak sempurna seperti dirinya. Dia pun bisa memaafkan kemabukan ayahnya.
Kutukan Nuh mungkin malah membuat Ham sakit hati. Bisa jadi, dia malah membenci ayahnya. Atau kemungkinan besar, dia malah membenci Sem dan Yafet. Kutukan Nuh hanya membuat hubungan keluarga menjadi rusak.
Sekali lagi, tak ada manusia sempurna. Karena itu, kita perlu mengembangkan pola pengasuhan yang berdasarkan pengampunan di rumah kita. Anak perlu belajar betapa indahnya pengampunan itu. Anak perlu mengalami sendiri arti pengampunan. Dalam hal ini setiap orang tua dipanggil untuk menjadi guru—orang yang dapat digugu dan ditiru. Dengan kata lain, orang tua harus menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan diteladan.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Jochen V.