Sabda-Mu Abadi | 22 Maret 2023 | Rm. 9:19-29
”Sekarang kamu akan berkata kepadaku, ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab, siapa yang menentang kehendak-Nya? Siapakah engkau, hai manusia, maka engkau membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya, ’Mengapa engkau membentuk aku demikian?’ Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu bejana untuk tujuan yang mulia dan yang lain untuk tujuan yang biasa?” (Rm. 9:19-21).
Paulus memperlihatkan kedaulatan Allah atas makhluk ciptaan-Nya. Tak ada yang bisa membantah atau menyatakan bahwa Allah telah berlaku tidak adil. Sepertinya, dengan sengaja, Paulus mengutip Kitab Yesaya berkenaan dengan Tukang Periuk dan bejana-bejana yang memperlihatkan dengan jelas bahwa Allah memiliki wewenang penuh tanpa syarat berkait dengan apa yang dilalukan-Nya.
Kadang kemanusiaan manusia—yang sering dirumuskan dalam hak asasi manusia—menggugat bahwa Allah telah berlaku tidak adil ketika Dia menyelamatkan suatu bangsa dan membinasakan yang lainnya.
Dan ketika ada orang yang menyatakan bahwa Allah telah berlaku pilih kasih sewaktu memilih Israel, Paulus menulis: ”justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas bejana-bejana belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain” (Rm. 9:23-24).
Paulus menyatakan bahwa semuanya adalah anugerah semata. Kalau Allah memilih kita untuk diselamatkan-Nya, kita tak mungkin sombong dan menganggap lebih baik dari orang lain. Sebab, semua memang karunia semata.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Beorm