Sabda-Mu Abadi | 17 April 2023 | Rm. 13:8-10
”Janganlah kamu berutang apa kepada siapa pun, kecuali kasih kepada satu sama lain. Sebab, siapa saja yang mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Sebab, perintah berikut, ’Jangan berzina, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini,’ dan perintah lainnya, sudah tersimpul dalam firman ini, ’Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’ Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.”
Mengapa Paulus melarang warga jemaat di Roma berutang? Mungkin karena dia tidak ingin mereka dengan sengaja merepotkan orang lain. Terlebih kalau mereka berniat menjadi beban orang lain. Sang Rasul dari Tarsus tidak ingin para pembaca suratnya menjadi benalu dalam kehidupan orang lain. Dia selalu menekankan bahwa orang yang tidak bekerja dilarang makan.
Lalu, bagaimana dengan utang kasih? Tentu yang dimaksud dengan utang kasih di sini adalah tidak menuntut orang lain mengasihi kita. Akan tetapi, ketika orang lain menyatakan kasihnya kepada kita, tak perlu kita menolaknya. Kita bisa menerimanya dengan tulus. Menolak kasih hanya memperlihatkan ketinggihatian kita.
Sepertinya itulah yang Paulus maksudkan dengan utang kasih. Selanjutnya perlu dibayarkah utang kasih itu? Tentu saja. Namun, tak cuma kepada orang yang berpiutang kasih. Kita bisa membayar utang kasih itu dengan cara mengasihi orang lainnya. Dengan cara demikian kita telah melaksanakan hukum Taurat.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Nayem I