Modal

Dengan bermodal keprihatinan, pengetahuan/pengalaman, dan komunitas, Tangan Terbuka Media didirikan. 

Modal pertama adalah keprihatinan. Setidaknya ada empat keprihatinan yang menjadi fokus perhatian Tangan Terbuka Media: 1). Tak sedikit penerbit menerbitkan buku yang hanya dipahami oleh kalangan sendiri; 2). Tak sedikit penerbit beranggapan hanya teolog yang layak membuat tulisan rohani; 3). Tak sedikit pembaca merasa bahwa tulisan rohani bukan untuk mereka karena kurang menyentuh persoalan sehari-hari; 4). Pembaca tidak , atau enggan, memahami tulisan rohani karena kemasannya tidak mendukung. Tangan Terbuka Media rindu menjadi lembaga komunikasi alternatif untuk menjawab keprihatinan tersebut.

Berkait modal kedua, pengetahuan/pengalaman, Yoel M. Indrasmoro fokus pada bidang editorial sejak 1994 saat mengikuti editors training yang diselenggarakan Yayasan Komunikasi Bina Kasih (YKBK), sembari bekerja sebagai wartawan Nova (1994-1995), yang dilanjutkan studi teologi di STT Jakarta (1995-1999), dan kemudian ditahbiskan menjadi pendeta Gereja Kristen Jawa Jakarta (GKJJ) pada 2003. Dari 1996 hingga 2009, Yoel M. Indrasmoro juga berkesempatan terlibat sebagai editor dalam Theological Books Project (Yapki-OMF) dan akhirnya menjadi koordinator menggantikan David L. Baker, seorang pakar biblika.

Dalam pelayanan komunikasi-penerbitan, Yoel M. Indrasmoro, dengan seizin Majelis GKJJ, kemudian dipercaya menggantikan sang guru H.A. Oppusunggu menjadi pemimpin YKBK (2009-2013). Majelis Gereja Kristen Jawa Jakarta selanjutnya mengizinkan Yoel M. Indrasmoro menjadi direktur Literatur Perkantas (2013-2022), milik Yayasan Perkantas—organisasi pelayanan bagi siswa, mahasiswa, dan alumni yang mencakup 45 kota di Indonesia. 

Sementara itu, Citra Dewi Siahaan telah menggeluti bidang komunikasi-penerbitan sejak 2015 di Literatur Perkantas, di bawah asuhan Yoel M. Indrasmoro. Citra Dewi Siahaan menjabat sebagai manajer operasional Literatur Perkantas dan telah mengedit buku-buku rohani. Berbekal pengetahuan/pengalaman inilah Tangan Terbuka Media berdiri.

Modal ketiga adalah komunitas. Tangan Terbuka Media meyakini bahwa komunitas adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah institusi penerbitan. Pendiri dan mitra pendiri menyadari bahwa komunitas, atau orang-orang, yang telah merasakan pelayanan literasi perlu terus dipelihara. Tangan Terbuka Media hadir dalam rangka memelihara hubungan dan memperluas jangkauan masyarakat pembaca.  Dengan begitu, ide, semangat, usaha, sikap, cita-cita, serta buah pikiran dari pendiri boleh terus ditularkan. Dan bila perlu, dikembangkan!