Seorang Muda Bernama Saulus
29 September 2022,
(Kis. 8:1a),
”Saulus juga setuju dengan pembunuhan atas Stefanus.” Demikianlah catatan sekilas Lukas perihal Saulus. Jelaslah: Saulus setuju Stefanus dihukum mati.
Saulus memang tidak melempar batu karena dia bukan saksi. Hanya saksilah yang boleh melempar batu kepada terhukum. Namun, keberadaan Saulus di sana bukanlah untuk piknik atau sambil lalu. Dia sungguh-sungguh menyetujui aksi perajaman tersebut. Bahkan, dia bersedia menjaga jubah-jubah algojo saat mereka melaksanakan tugas mereka.
Entah apa yang ada di benak Saulus muda saat itu. Berkenaan dengan hal ini, dia dalam suratnya kepada Jemaat di Filipi menulis: ”tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat” (Flp. 3:5-6).
Kepatuhan dan kepercayaan terhadap Tauratlah yang membuat dia merasa mempunyai legitimasi untuk membunuh. Dalam Alkitab BIMK tertera: ”Dalam hal ketaatan pada hukum-hukum agama Yahudi, saya adalah anggota golongan Farisi. Saya malah begitu bersemangat sehingga saya menganiaya jemaat.”
Sepertinya Saulus muda juga mendengar dengan jelas suara Stefanus yang menyatakan melihat Yesus Kristus berdiri di kanan Allah Bapa. Bisa jadi itulah yang terus membayang dalam diri Saulus. Apalagi dia melihat bagaimana tulusnya Stefanus meminta Tuhan mengampuni orang-orang yang membunuhnya. Jelas bahwa Stefanus tidak membenci para pembunuhnya. Sebaliknya, dia merasa kasihan.
Kalau mau ditelusuri dengan cermat petanya. Sebenarnya peristiwa kematian Stefanuslah yang membuat Saulus lebih dekat kepada Yesus Orang Nazaret. Jika ada orang yang bisa bertindak sedemikian hebat demi orang lain, bukankah orang lain itu memang figur yang layak diperhatikan? Dan kelihatannya, figur itu sendiri memang sedang bertindak di dalam diri Saulus muda melalui kematian diaken yang bernama Stefanus.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.