Jemaat Mula-mula

10 September 2022
(Kis. 2:41-47)
Menyaksikan jemaat mula-mula mungkin membuat kita heran sekaligus iri. Jumlah yang besar itu—lebih dari 3.000 orang dewasa—tidak mengurangi kualitas persekutuan mereka. Biasanya—penyakit jemaat modern—makin banyak anggota, makin sulit memahami dan menerima satu sama lain.
Catatan Lukas memperlihatkan, jemaat mula-mula tidak membedakan antara yang rohani dan profan; antara ibadah dan kehidupan sehari-hari. Di satu sisi, Lukas mencatat: ”Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”
Di sisi lain, selalu ada warga jemaat yang menjual hartanya, kemudian membagi-bagikannya kepada warga papa sesuai kebutuhan. Mereka tak cuma bicara kasih, namun mempraktikkannya. Kasih meraga dalam hidup sesehari.
Barangkali kita merasa aneh dengan praktik macam begini. Namun, itulah yang dilakukan. Jemaat mula-mula meyakini, apa yang mereka miliki merupakan kepunyaan bersama. Intinya: mereka tidak ingin rekan seiman kekurangan, apalagi mati kelaparan.
Sekali lagi, tidak hanya ibadah diutamakan, tetapi juga keseharian hidup. Dengan kata lain: setiap hari mereka beribadah melalui kata dan karya. Ibadah tidak dibatasi dan diikat ritus, tetapi merupakan gaya hidup. Itulah ibadah sejati. Lukas menyatakan: jemaat mula-mula melakukan keduanya dengan gembira dan tulus hati.
Agaknya ada kaitan gembira dengan tulus hati. Tulus berarti memandang orang lain tanpa prasangka. Tulus berarti bersikap jujur, terbuka, dan apa adanya. Kita sering sulit bergembira karena kita tidak mampu bersikap jujur terhadap diri sendiri, apalagi terhadap orang lain.
Bersikap jujur atas kegagalan dan kelemahan diri sendiri memang sakit. Namun, itu lebih melegakan dan pasti menyehatkan ketimbang menolaknya. Prasangka terhadap orang lain malah membuat kita memasang strategi dan kuda-kuda karena takut tersaingi. Buntut-buntutnya, kita makin cemas.
Sikap gembira dan tulus hati merupakan pilihan. Bergembiralah karena Allah adalah gembala kita! Tuluslah kepada sesama. Itulah ibadah sejati!
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.