Kabur Aja Dulu

Published by Admin on

”Mau jadi apa di sana?” saya bertanya kepada seorang wanita berusia 29 tahun yang menceritakan dirinya sedang mengurus visa kerja di luar negeri.  ”Menjadi pemetik buah anggur,” jawabnya. Terus terang saya heran mendengar jawabannya, dia adalah seorang dokter lulusan universitas ternama di Jakarta, yang saya kenal sejak dia SMP, dengan prestasi yang tidak sedikit. Tentu saja menjadi pemetik buah anggur di sebuah perkebunan, bukan pekerjaan yang dicita-citakannya. Kemudian dia menjelaskan susunan rencana kehidupannya jika dia berhasil melompat ke negeri orang, dengan perhitungan matang karena usianya yang menjelang 30 tahun dan masih lajang.

Ternyata fenomena melompat ke negeri orang ini menjadi tren sekarang, merasa kehidupan di negeri sendiri tidak seperti yang diharapkan, atau hanya ingin mendapatkan pengalaman dan modal dahulu karena iming-iming selisih kurs yang menggiurkan. Dan berbagai kalangan pun mengkritisinya, ada yang mengatakan tindakan ini tidak cinta tanah air, ada yang melontarkan kekhawatiran, bagaimana jika generasi penerus yang memiliki semangat dan tenaga muda justru bekerja di negara lain, bukan negara sendiri. Namun, ada juga yang mendukungnya untuk mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.

Saya teringat sebuah film kartun yang pernah saya tonton tentang keluarga tikus dari Benua Eropa yang berimigrasi ke Amerika, karena mereka mendapatkan kabar tidak ada kucing di Amerika. Namun, setelah mereka sampai di tanah yang diharapkan, ternyata kucing di Amerika lebih besar dan menakutkan daripada kucing di Eropa.

Kehidupan memang sebuah misteri, dan rumput tetangga kadang terlihat lebih hijau. Di kala negara kita menghemat anggaran pendidikan untuk warga negaranya, negara lain justru memberikan beasiswa bagi anak-anak muda yang berkualitas untuk melanjutkan studi di negaranya.

Kita sebagai umat kepunyaan Allah, sudah seharusnya memiliki integritas di mana pun kita berada. Sang Penciptalah yang meletakkan kita di tempat yang Dia kehendaki untuk menjadi saksi-Nya. Di mana pun kita berada, hendaknya kita bisa berkarya, berbuah, dan berperan untuk masyarakat, sesuai dengan nilai diri kita.

Jadi, bagaimana kita menanggapi fenomena ”kabur aja dulu” ini?

Tjhia Yen Nie | Sobat Media

Foto: Unsplash/Rizky Rahmat Hidayat

Categories: Tala