Markus
25 Oktober 2022,
(Kis. 12:25),
”Barnabas dan Saulus kembali dari Yerusalem, setelah mereka menyelesaikan tugas pelayanan mereka. Mereka membawa Yohanes, yang disebut juga Markus.”
Demikianlah catatan Lukas berkait dengan kepulangan Barnabas dan Saulus dari Yerusalem. Mereka berdua membawa Yohanes yang disebut juga Markus. Markus sendiri adalah kemenakan Barnabas. Wajar jika Barnabas, anak penghiburan itu, mengajak Markus. Sepertinya dia memang bermental mentor, yang selalu ingin membimbing orang yang turut bekerja dalam pekabaran Injil. Tak boleh kita lupa, ketika para rasul merasa ragu akan pertobatan Saulus, hanya Barnabaslah yang mau menerima dan membimbingnya.
Sebelumnya, Lukas memperkenalkan Markus sebagai anak Maria, yang rumahnya menjadi tempat persekutuan para murid. Dan itulah tempat yang dituju Petrus setelah dilepaskan dari penjara oleh malaikat Tuhan. Bahkan menurut tradisi, Yesus Orang Nazaret mengadakan perjamuan terakhir di rumah Markus ini. Dengan begitu, Markus bisa dipastikan telah mengenal Sang Guru dari dekat. Dan itulah agaknya alasan Barnabas dan Saulus mengajak Markus untuk bekerja bersama mereka dalam pekabaran Injil.
Memang bukan tanpa cacat, pada akhirnya Markus sendiri yang menjadi pangkal perpecahan persahabatan antara Barnabas dan Saulus. Untuk perjalanan pekabaran Injil kedua, Barnabas ingin tetap mengajak Markus, namun Saulus menolaknya karena Markus telah meninggalkan mereka di Pamfilia (Kis. 13:13). Barnabas memang pribadi yang selalu sabar dengan orang yang dimentorinya. Dia selalu memberikan kesempatan kedua.
Sebaliknya Saulus sangat kecewa dengan Markus. Namun, itu tidak berarti Saulus tutup mata terhadap perkembangan pribadi orang muda itu selanjutnya. Bahkan, pada masa tuanya Saulus menulis surat kepada Timotius: ”Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia kemari, karena pelayanannya berguna bagiku” (2Tim. 4:11).
Markus akhirnya menjadi rekan sekerja Saulus. Bisa jadi karena bimbingan Sauluslah—sang penulis piawai itu—Markus memanggil dirinya untuk menulis Injil Markus. Dan kita, orang percaya abad ke-21, menikmati karya besarnya saat ini. Semuanya itu terjadi karena adanya kesempatan-kesempatan kedua yang diberikan, baik oleh Barnabas maupun Saulus.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.