Sidang di Yerusalem


5 November 2022,
(Kis. 15:3-21),
Apa yang ditakutkan pun akhirnya menjadi kenyataan. Sesampainya di Yerusalem, mereka langsung berhadapan dengan orang Farisi, yang menuntut agar orang-orang non-Yahudi disunat dan diwajibkan menuruti hukum Musa.
Dengan sigap bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk membicarakan masalah tersebut dengan lebih intensif. Kelihatannya para pemimpin jemaat di Yerusalem tidak menghendaki terjadinya perpecahan dalam tubuh gereja. Kesatuan jemaat, itulah yang terpenting. Pertentangan dalam jemaat janganlah dijadikan legitimasi bagi perpecahan gereja.
Dalam sidang terjadilah tukar pikiran. Sebuah langkah awal yang baik. Lukas dengan jelas menyatakan adanya pertukaran pikiran antara peserta sidang. Artinya, tidak ada penguasaan lalu lintas percakapan oleh pihak yang bertikai. Adanya pertukaran pikiran berarti masing-masing pihak menyadari bahwa meskipun berbeda pendapat, toh mereka bukanlah musuh. Bukankah mereka sama-sama pengikut Kristus? Adanya pertukaran pikiran menandakan bahwa perbedaan pendapat tidaklah diharamkan. Perbedaan pendapat diyakini akan mempertajam kesimpulan atau keputusan yang dibuat.
Namun, agaknya tidak terjadi kesepakatan di antara peserta sidang setelah bertukar pikiran beberapa waktu lamanya. Terjadi deadlock. Masing-masing pihak sepertinya merasa bahwa mereka mempunyai alasan yang tepat mengenai masalah tersebut.
Pada saat itulah Petrus menyatakan bahwa Allah tidak mengadakan pembedaan antara non-Yahudi dan Yahudi. Petrus menyadari bahwa setiap orang memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri, sehingga tidak ada alasan untuk membebankan adat istiadat Yahudi kepada warga jemaat non-Yahudi.
Setelah Petrus selesai bicara, seluruh peserta sidang memberi kesempatan kepada Paulus dan Barnabas berbicara. Agaknya perkataan Petrus telah membuat peserta sidang menyadari bahwa Allah memang tidak membeda-bedakan manusia. Setelah mendengar perkataan Petrus yang penuh wibawa, dan sarat dengan pengalaman, jemaat lebih bersikap terbuka terhadap Paulus dan Barnabas.
Sidang akhirnya memutuskan untuk tidak memberikan beban adat istiadat kepada jemaat di Antiokhia. Keputusan ini diambil setelah mereka mendengarkan argumentasi Yakobus—saudara Tuhan Yesus—berdasarkan Kitab Amos. Perkataan Yakobus inilah yang membuat sidang akhirnya meyakini bahwa keputusan yang mereka ambil sudah tepat, seturut dengan firman Allah.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.
Sumber Foto: Unsplash/Adrien Delforge