Anak Allah
Sabda-Mu Abadi | 11 Maret 2023 | Rm. 8:14-17
”Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab, kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ’Ya Abba, ya Bapa!’” (Rm. 8:14-15). Pada bagian ini Paulus memperlihatkan tanda—sekaligus syarat—anak Allah, yaitu dipimpin Roh Allah. Kepemimpinan Roh Allah menjadi penting di sini.
Analoginya begini: anak sudah selayaknya mau dipimpin orang tuanya. Ini bukan basa-basi. Sungguh suatu keniscayaan. Jika ogah dipimpin orang tuanya, statusnya sebagai anak layak dipertanyakan. Demikian juga dengan status kita sebagai anak Allah. Jika hanya mau menggugu keinginan kita sendiri, tak hirau kehendak Allah, status kita patut dipersoalkan.
Status sebagai anak Allah itulah yang membuat kita tak lagi gentar berhadapan dengan Allah. Kita bukan lagi hamba, melainkan anak. Dan dalam Roh itulah kita dimampukan menyapa: ”Ya Abba, ya Bapa!”
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dan dengan kuasa Roh Allah itu kita memanggil Allah itu, ’Bapa, ya Bapaku!’” Dengan menggunakan bentuk klitik ”ku” tampaknya hendak dinyatakan adanya kepemilikan. Tentu juga hendak diperlihatkan hubungan erat antara kita dan Allah.
Sekali lagi, yang menyatakan bahwa kita adalah anak Allah bukanlah diri kita sendiri. Namun, Roh Allah yang tinggal di dalam diri kita. Kenyataan bahwa kita adalah Anak Allah bukanlah karena perasaan kita saja, tetapi karena pernyataan Roh Allah yang tinggal di dalam diri kita. Dan sebagai anak kita pun akan mendapatkan berkat-berkat Allah.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:
Foto: Unsplash/Cecilie A.