Ananias dan Safira

Published by Admin on

19 September 2022,

(Kis. 5:1-11)

Ananias adalah nama Aram yang berasal dari bahasa Ibrani, yang berarti TUHAN telah mengampuni. Sedangkan Safira berarti cantik. Nama yang indah. Namun, akhir hidup mereka tak seindah namanya.

Lukas memulai kisah mereka dengan catatan: ”Ada seorang laki-laki bernama Ananias. Ia bersama istrinya Safira menjual sebidang tanah miliknya. Dengan setahu istrinya ia menahan sebagian dari hasil penjualan itu dan sebagian lagi dibawa dan diletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”

Kisah ini merupakan kelanjutan kisah dari Yusuf yang sering disebut Barnabas—anak penghiburan. Sehingga dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini terdapat kata penghubung ”tetapi”. Lengkapnya begini: ”Tetapi ada seorang laki-laki bernama Ananias. Ia dengan istrinya bernama Safira, menjual juga sebidang tanah kepunyaan mereka. Uang dari penjualan itu sebagiannya ia tahan untuk diri sendiri dan yang lainnya ia serahkan kepada rasul-rasul. Ia lakukan itu dengan setahu istrinya.”

”Tetapi” merupakan kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras. Baik Ananias maupun Yusuf sama-sama menjual sebidang tanah. Keduanya juga sama-sama menyerahkan hasil penjualannya kepada para rasul. Bedanya, Ananias melakukan kebohongan publik. Dia bersikap seolah-olah memberikan semua hasil penjualan itu. Bisa jadi itu dilakukan karena Ananias ingin mendapatkan keduanya: pujian dari banyak orang, juga hasil dari tanah itu.

Petrus menegaskan bahwa Ananias berkuasa atas tanah itu baik sebelum maupun setelah dijual. Dan karena itu, dia tidak perlu melakukan kebohongan, yang berbuat seolah-olah dia memberikan semua hasil penjualan itu. Dan matilah Ananias saat itu juga.

Safira sebenarnya mendapat kesempatan untuk menyatakan apa yang sesungguhnya. Namun, sebagaimana Ananias—mungkin karena malu atau takut—Safira berbohong. Dan akhir hidupnya pun sama dengan suaminya.

Menarik disimak, Lukas tak menyembunyikan fakta ini dari kisah positif dan mengagumkan dari jemaat pertama. Kisah ini juga bisa menjadi teladan bagi jemaat masa kini khususnya dalam hal persembahan.

Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.

Categories: Membarukan