Berjaga-jaga untuk Kristus, Dibaptis dengan Roh Kudus

Published by Admin on

Saya melayani satu jemaat dengan 11 tempat ibadah. Satu tempat ibadah berada di kota kabupaten. Sepuluh tempat ibadah berada di desa atau pasamuwan/pepantan kecil, yang tersebar di tiga kecamatan. Sudah dua tahun ini Minggu Adven diisi dengan retret. Akhir Minggu Adven I yang lalu berlangsung retret di sebuah pasamuwan desa. Temanya: ”Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Mrk. 1:8).

Retret tersebut diikuti oleh semua warga pasamuan yang ketempatan dan perwakilan dari lima pasamuan lain. Keseluruhan peserta retret sekitar 30 orang. Saat mengawali dengan membahas tema retret saya bertanya kepada para peserta, ”Menurut pengamatan Saudara, adakah seseorang di pasamuwan saudara yang penuh dengan Roh Kudus?”

Dari tiap pasamuan ada perwakilan yang memberikan jawaban. Seorang bapak menyebut bahwa istrinya penuh dengan Roh Kudus, ditandai pada tengah malam isterinya bangun untuk berdoa dan membaca kitab suci. Seorang anggota majelis menyampaikan seorang ibu di pasamuannya penuh dengan Roh Kudus, ditandai dengan keberaniannya untuk kembali ke gereja setelah sekian lama menikah dan memiliki keluarga yang beda keyakinan. Kedua orang yang disebutkan sebagai contoh itu juga ikut retret. Dan keduanya merasa bahwa apa yang mereka lakukan tidak berlebihan bahkan mengaku masih banyak tantangan yang  perlu dihadapi.

Ada juga beberapa pemuda yang memberikan contoh dari pasamuwannya. Ada yang menyebut seorang ibu muda di pasamuwan yang saat ini bersedia dipanggil sebagai majelis dan tampak tidak pernah mengeluh dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Ada juga yang terinspirasi pada seorang tua yang sudah lemah raga hingga sudah tidak bisa ke gereja. Namun, ketika ditengok terlihat bersemangat sebagai orang Kristen. Ada juga yang menyebut dua orang bapak, tokoh di pasamuannya, tetapi kondisi kesehatannya sudah menurun. Yang seorang berjalan tidak normal karena luka di kakinya tidak kunjung sembuh. Yang seorang lagi sudah beberapa tahun ini harus menjalani cuci darah seminggu dua kali.

Tampak bahwa sesungguhnya tidak kekurangan contoh adanya orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus di gereja atau pasamuwan. Kesaksian Nabi Yohanes Pembaptis akan hadirnya pribadi yang lebih berkuasa darinya, mewujud dalam diri orang-orang yang berani dibaptis dalam kelemahan. Pada diri orang-orang yang terus bergerak menuju orang-orang miskin yang tidak mempunyai kuasa, dan mau dibenamkan dalam hati Allah yang belas kasih-Nya tanpa batas. Katanya, ”Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.”

Orang yang dibaptis dengan Roh Kudus, menjadi orang-orang yang merdeka untuk masuk kembali ke dalam dunia kita dengan membawa kuasa ilahi. Kuasa inilah yang dibawa oleh Yesus. Dengan kuasa itu, kita dapat berjalan di lembah kegelapan dan air mata dalam persatuan yang yang tetap dengan Allah, dengan kepala tegak dan penuh kepercayaan berdiri di bawah salib kehidupan kita.            

Roh Kudus berembus ke mana pun yang Ia kehendaki, itu sebabnya Roh Kudus ada di mana-mana. Roh Kudus berada di dalam hati orang yang mau meninggal, di dalam hati orang yang terjangkit sakit tertentu, di dalam hati orang yang hancur, dan di dalam hati orang-orang cacat.

Menghayati Roh Kudus di Minggu Adven, berarti berjaga-jaga untuk Kristus yang hadir di dunia dengan pemahaman roh yang ada dalam hati kita mengenali Roh Kudus yang ada di antara kita. Sehingga roh berbicara dengan Roh, hati berbicara dengan Hati, kasih berbicara dengan Kasih. Inilah hidup spiritual. Roh Kasih dicurahkan kepada kita sehingga kita dapat hidup dalam Roh. Karena Roh Kudus tinggal di dalam hati kita, kita mampu mengenali Roh yang sama di dunia.   

Berjaga-jaga untuk Kristus adalah memberikan pemahaman yang penuh pada kehadiran Kristus di dalam hati kita. Ada tiga sikap disiplin yang mampu membantu kita supaya kita tetap berjaga-jaga. Disiplin yang pertama adalah keheningan. Hanya di dalam keheninganlah kita mampu berhubungan dengan Roh Allah yang tinggal di dalam hati kita. Keheningan merupakan disipilin yang penting di dalam dunia yang ramai ini. Keheningan itu menyangkut doa, bacaan rohani, dan berdua dengan Allah saja.

Disiplin yang kedua adalah komunitas. Karena keheninganlah, kita perlu masuk ke komunitas. Komunitas bukan sekadar tempat kita bisa bekerja bersama-sama dengan orang-orang yang cocok dengan kita. Dalam komunitas kita hidup bersama dengan orang-orang yang diberikan Tuhan kepada kita. Komunitas—apakah itu gereja, keluarga, atau komunitas yang mempunyai misi-misi tertentu—adalah tempat orang-orang hidup secara bersama-sama dan ingin mengenali atau menemukan kehadiran Allah.

Disiplin yang ketiga adalah pelayanan, pelayanan yang menjangkau orang-orang lain. Memberikan pelayanan kepada orang lain itu penting karena kita ingin membagikan dari kelimpahan kehidupan kita. Bukan karena kita ingin menjadi penolong ternama atau karena kita ingin dikenal. Seperti Yesus yang tidak pernah menyembuhkan seseorang dengan susah payah. Siapa pun yang hanya dengan menjamah Yesus, akan sembuh.

Yesus menjalani hidup dalam kepenuhan Allah yang Ia alami dalam keheningan. Ia sungguh-sungguh menyatu dengan orang banyak sehingga ke mana pun Ia pergi, kehidupan dipancarkan dari pada-Nya. Jika kita hidup dengan mengalami kehadiran Allah di dalam keheningan dan di dalam komunitas  bersama orang lain, tanpa kesukaran berarti, kita bisa di sana, melayani orang lain.

Tyas Budi Legowo

Foto: Istimewa

Categories: Tala