Bertahan Hidup

Published by Citra Dewi Siahaan on

Pada 1 Oktober 2024 terjadi peristiwa bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswa semester tiga universitas swasta di Surabaya dengan melompat dari gedung di kampusnya. ”Diduga karena depresi berat, almarhum sering mengalami perundungan oleh teman-temannya,” demikian berita yang beredar. Sedangkan satu bulan sebelumnya, pada 18 September 2024, masih di kota yang sama, seorang mahasiswi semester lima universitas yang berbeda juga bunuh diri dengan cara yang sama.  Apa pun masalah yang mereka hadapi, bunuh diri dijadikan jalan keluar dari beban hidup yang menghimpitnya.

Hidup memang sulit. Masalah finansial, keluarga, pergaulan, pekerjaan, tidak jarang membuat kita begitu sesak. Saya teringat ketika saya mengeluh bagaimana anak-anak muda begitu mudah putus asa, anak saya mengatakan bahwa saya tidak dapat membandingkan apa yang telah saya lewati dengan apa yang sekarang mereka hadapi. 

Berkaca dari dua kejadian beruntun ini, saya melihat ke belakang hidup saya, apakah ada beban yang pernah membuat saya ingin mengakhiri hidup? Apakah yang membuat saya bertahan melewati masa-masa sulit? Dan jawabnya adalah kasih. Mengetahui bahwa saya dikasihi dan mengasihi, itu adalah kekuatan yang membuat saya bertahan melewati semua kesulitan.

Pernah suatu waktu saya kecewa pada diri sendiri karena prestasi saya di sekolah tidak sesuai dengan harapan saya. Saat itu almarhum papa saya hanya tertawa, merasa saya menangisi hal sepele.  Dia tetap bangga bagaimana pun prestasi anaknya. Saya mengetahui dengan pasti bahwa di matanya saya adalah anaknya yang sangat berharga. Demikian juga halnya saat ini, ketika melihat kedua anak saya, hati saya selalu berbunga-bunga.

Tentu saja kesulitan dan tantangan hidup tidak akan berhenti selama kita masih bernapas. Ada kalanya kita menangis, ada kalanya kita merasa terpuruk. Namun, kehangatan akan terpancar dari ketulusan kasih.

Untuk anak saya, dan anak-anak lain yang kelak mungkin menghadapi kesulitan hidup, tetap bertahanlah! Hidup memang kadang tidak adil, luka kadang tidak dapat terucapkan. Namun, dalam dunia yang sibuk dan apatis ini, ada Dia, yang menganggap kita bagaikan biji mata-Nya. Pandanglah Dia saja, Sang Kekuatan. Dan kami, yang telah melewati lebih dari setengah jalan kehidupan, pasti akan membantu jika kalian mengulurkan tangan kepada kami, walaupun kami tidak mengerti apa yang kalian hadapi. Karena hidup adalah sebuah kesempatan, tetaplah melanjutkan hidup.

Tjhia Yen Nie | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Foto: Unsplash/Fuu J

Categories: Tala