Bukan dari Roti Saja

Sabda-Mu Abadi | 27 Juni 2025 | Mat. 4:2-4
”Setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Datanglah si pencoba dan berkata kepada-Nya, ’Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.’ Jawab Yesus, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’”
Inti cobaan pertama adalah keinginan bebas dari hukum alam. Ada proses alami dalam seketul roti. Membuat roti dari batu hanyalah keinginan untuk lepas dari hukum alam.
Roti tidak datang begitu saja. Ada proses. Bahan dasar roti adalah gandum. Gandum tak datang dengan sendirinya. Ada proses mulai dari tanam hingga panen. Ini pun butuh waktu. Dan bulir-bulir gandum itu perlu digiling, diolah, diberi ragi, dan setelah berapa lama barulah menjadi adonan roti. Siap dimakan? Tentu belum. Adonan itu harus dimasak, entah dibakar, entah digoreng, entah dikukus. Setelah melewati semua itu, barulah muncul roti siap saji.
Menarik dicermati, Yesus tidak merasa perlu membebaskan diri dari hukum alam. Yesus tidak merasa perlu melanggar hukum alam. Terlebih jika semua itu hanya untuk memuaskan ego. Guru dari Nazaret itu memang pernah menggandakan roti sewaktu memberi makan 5.000 dan 4.000 orang laki-laki. Namun, mukjizat itu tidak dilakukan tiap hari. Juga bukan pemuasan ego.
Yesus mengingatkan bahwa manusia adalah ciptaan Allah. Dan sebagai ciptaan Allah, manusia tak perlu melawan kodrat alam, demi kepuasan ego semata. Manusia harus tunduk pada proses. Dan bicara soal manusia, manusia tak hanya terdiri atas daging, tetapi juga roh. Manusia memang tak hidup tanpa roti, tetapi manusia tak cukup hidup hanya dengan roti. Sebagai ciptaan Allah, manusia butuh firman Allah.
Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media Anda
Berikut tautan untuk mendengarkan siniar Sabda-Mu Abadi:
n.b.: Dukung pelayanan digital kami via BCA-3423568450-Tangan Terbuka Media Anda!