Di Listra dan Derbe
1 November 2022,
(Kis. 14:8-20),
”Di Listra ada seorang laki-laki yang duduk saja, karena kakinya lemah dan lumpuh sejak lahir dan belum pernah dapat berjalan. Ia mendengarkan Paulus yang sedang berbicara. Paulus menatap dia dan melihat bahwa ia beriman dan dapat disembuhkan. Lalu kata Paulus dengan suara nyaring, ’Berdirilah tegak!’ Orang itu pun melonjak berdiri, lalu mulai berjalan kian ke mari. Ketika orang banyak melihat apa yang telah diperbuat Paulus, mereka itu berteriak dalam bahasa Likaonia, ’Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia.’”
Demikianlah kesimpulan orang banyak saat menyaksikan bagaimana orang yang lumpuh sejak lahir itu berjalan dengan leluasa. Kisah ini memang bukan kisah sembarangan. Orang yang tidak pernah belajar berjalan itu ternyata bisa berjalan dengan baik. Itu berarti ada kuasa ilahi dalam diri Paulus dan Barnabas. Dan karena itu mereka menyembah Paulus, yang mereka sebut Hermes, dan Barnabas, yang mereka sebut Zeus.
Tentu saja Paulus dan Barnabas menolaknya, dan menjadikan pemahaman mereka itu sebagai pijakan untuk pemberitaan Injil. Namun, massa agaknya memang tidak mudah paham, sehingga mereka tetap memberikan persembahan kepada Paulus dan Barnabas.
Ketika Paulus dan Barnabas tetap menolak penyembahan itu, orang-orang Yahudi dari Antiokhia yang di Pisidia dan Ikonium menghasut orang banyak itu untuk menganiaya Paulus dan Barnabas. Entah apa yang dibisikkan orang-orang Yahudi itu. Namun, sikap orang banyak itu berubah drastis: dari kekaguman menjadi kebencian; dari penyembahan menjadi penganiayaan. Dan mereka baru berhenti karena mengira Paulus dan Barnabas sudah mati.
Penolakan dan penganiayaan merupakan salah satu respons yang harus diterima para pemberita Injil. Meski Injil memang untuk semua orang, tak semua orang mau menerimanya dengan tangan dan hati terbuka.
Yoel M. Indrasmoro
Tangan Terbuka Media
Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio.