Di Sabtu Sunyi Itu
Para murid tidak melakukan tindakan apa pun. Lukas mencatat: ”Pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat (Luk. 23:56a). Yang dimaksudkan dengan mereka di sini adalah para perempuan yang datang bersama Yesus dari Galilea, yang ikut serta menguburkan jazad Sang Guru. Ya, kerinduan untuk merawat tubuh Yesus secara layak terjeda oleh Sabat.
Para murid lain sepertinya juga menghormati Sabat. Tidak ada kisah Injil berkait dengan kegiatan mereka. Bisa jadi mereka terpukul karena kematian Yesus Orang Nazaret. Dan Sabat menjadi saat yang baik bagi mereka untuk merenungkan semua perjalanan kehidupan mereka bersama Sang Guru. Agaknya mereka pun butuh istirahat. Dan Sabat menjadi jawaban atas kebutuhan mereka.
Namun demikian, ada yang sengaja melanggar Sabat. Mereka adalah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (lih. Mat. 27:62-66). Mereka merasa perlu meminta Pilatus untuk memeterai kubur itu dan memerintahkan beberapa tentara untuk menjaga kubur itu. Sepertinya hati mereka pun penuh dengan ketakutan kalau-kalau yang mereka anggap penyesat itu sungguh-sungguh bangkit. Sehingga mereka berupaya menangkal kemungkinan itu.
Pilatus meluluskan permintaan itu. Bisa jadi ia berpikir, jika tidak diluluskan mereka akan terus mengganggunya. Dan jika gangguan itu terus terdengar sampai ke Roma, ia akan kehilangan jabatannya.
Kelihatannya Sabtu itu tak sungguh sunyi. Memang tak ada kegiatan. Kalaupun ada, semua dilakukan secara diam-diam. Namun, hati mereka—baik yang mengasihi Yesus maupun yang membenci Yesus—sama-sama bergejolak.
Ya, Sabtu itu tak lagi sunyi.
Yoel M. Indrasmoro
Foto: Istimewa