Hiu Kecil dalam Hidup Kita

Pengkhotbah dalam suatu ibadah mengisahkan tentang nelayan di Jepang yang memasukkan ikan hiu kecil ke dalam wadah penampungan ikan salmon yang mereka tangkap di laut. Ikan salmon yang dikenal kaya akan protein akan lebih memiliki nilai ekonomis, jika mereka dapat menangkap dan membawanya ke darat dalam keadaan hidup. Namun, perjalanan yang memakan waktu dan kondisi mereka setelah penangkapan, membuat ikan-ikan itu sebagian mati dalam perjalanan. Bagaimana mengakalinya? Ternyata dengan memasukkan ikan pemangsa ke dalam wadah penangkapan. Aneh, bukan?
Hiu kecil yang bergerak lincah dan berusaha menyakiti ikan-ikan salmon itu, malah membuat ikan-ikan salmon bergerak dan hidup sampai di darat. Adanya predator dalam ruang penampungan membuat ikan-ikan salmon ini bergerak, menghindarinya, dan hidup. Tentu saja nelayan itu sudah memperhitungkan ikan hiu kecil yang dimasukkan, yang pasti tidak akan sanggup memangsa salmon yang besar, namun cukup untuk menyulitkannya.
Ketika mendengar kisah ini, saya pun berpikir tentang kehidupan manusia. Apakah kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, tak ubahnya seperti ikan hiu yang ditempatkan Sang Pemilik, agar kita tetap bergerak, berpikir, dan survive?
Pandemi Covid-19 adalah salah satu ujian terbesar kita. Hampir setiap kita merasakan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, bahkan kehilangan. Suatu hari dalam percakapan dengan seorang teman, dia menceritakan bahwa anak-anak yang terbiasa belajar dari rumah saat pandemi, memerlukan waktu dalam peralihan sekolah tatap muka. Walaupun anak-anak menjadi lebih tanggap terhadap teknologi, tidak dimungkiri juga mereka lebih cerdik mencari jawaban dari tugas-tugas yang diberikan, dengan teknologi. Para pendidik pun harus lebih cerdas menyiasatinya. ”Ya tidak apa-apa mereka seperti itu, yang penting mereka hidup!” demikian komentar teman saya. Saya tertawa menanggapinya. Tapi, jika dipikirkan kembali, betul juga apa yang dikatakannya, yang penting kita hidup.
Kesulitan yang terjadi dalam hidup kita, tak beda seperti ikan hiu kecil yang ditempatkan dalam wadah penampungan salmon. Jika kita selalu hidup dalam zona nyaman—tidak bergerak, hanya diam seperti ikan salmon tanpa ikan hiu kecil dalam ruang penampungan—kita tak akan mampu bertahan ketika berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Namun, kesulitan-kesulitan yang kita hadapi, akan membuat kita berpikir, bergerak, berusaha, dan lebih tangguh dalam menghadapi kehidupan.
Saya membayangkan waktu bersekolah dulu, saat yang paling mendebarkan, membuat stres, dan tidak menyenangkan adalah saat–saat ujian dan mengerjakan banyak tugas. Namun, saat yang paling menyenangkan adalah liburan sekolah. Akan tetapi, jika dipikirkan lagi, apa jadinya jika sekolah tidak ada ujian? Atau mengikuti yang saya sukai, hanya ada liburan saja. Itu berarti tidak ada sekolah.
Karena itu, jika kita menghadapi kesulitan, mungkin itu adalah hiu kecil yang ditempatkan dalam hidup kita. Dia tidak akan sanggup memangsa kita, namun akan membuat kita bergerak lincah menghadapi hari esok.
Tjhia Yen Nie
Foto: Ali Abdul Rahman