Kekhawatiran

Published by Admin on

Sabda-Mu Abadi | 14 Maret 2024 | 1Ptr. 5:7

”Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu.”

Berkait semua rasa, khawatir bukan sesuatu yang direncanakan manusia. Rasa khawatir itu tiba-tiba menyergap hati kita. Jika cuaca cerah sekejap berubah mendung, kita mungkin khawatir janji pertemuan dengan seorang kawan akan tertunda. Ketika seseorang lama tak berkontak, kita khawatir dia sedang kenapa-kenapa. Saat sekelompok orang berhenti bicara saat kita memasuki ruangan, kita khawatir mereka sedang membicarakan kita. Kita pun khawatir telah berbuat yang kurang patut. Belum lagi soal makanan, minuman, harta, dan masa depan.

Bisa jadi Petrus ketika menulis suratnya diilhami oleh perkataan gurunya: ”Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambah sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Mat. 6:27). Ini kalimat retoris. Jawabannya: Tidak ada. Yang pasti, kekhawatiran masa depan dapat membuat kita kehilangan kebahagiaan masa kini.

Orang yang khawatir akan terus-menerus memikirkan sesuatu dengan cemas, sibuk dengannya berhari-hari lamanya, sehingga terganggu dan tidak bahagia. Kekhawatiran sejatinya akan membunuh manusia dari dalam. Nah, jalan terlogis adalah menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Allah karena Dialah yang memelihara kita.

Persoalannya, kita kadang enggak cukup percaya bahwa Allah sungguh akan memelihara kita. Kesalahan dan dosa yang kita perbuat kemungkinan besar membuat kita tak terlalu berani percaya bahwa Allah akan terus memelihara kita. Dan memang itulah premis Iblis: Allah tak lagi mengasihi kita; dan enggan memelihara hidup kita.

Sehingga untuk tetap mempunyai keberanian untuk percaya, perlulah kita menyadari kesalahan dan dosa kita. Pertobatan merupakan modal utama untuk terus berani percaya kepada Allah—Sang Pemelihara.

Yoel M. Indrasmoro | Tangan Terbuka Media: Bangun Jiwa via Media

Klik tautan di bawah ini untuk mendengarkan versi audio:

Foto: Splash/Steinar E.